Minggu, 08 Oktober 2017

BIOGRAPI TGH.M. RIDWANULLAH AT-TAUHIDY

Kata Pengantar
الـحـمد لله الذى ارسل رسوله بالهدى ودين الـحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون اشهد ان لااله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله اللهم صل على ال سيدنا محمد   وعلى اله اصحابه أجمعين
            al-Hamdulillah wasyukrillah yang selalu tercurah kepada gusti Allah. Dialah zat pemberi hikmah serta dialah tuhan yang patut disembah, Dialah Allah yang kekuasaannya tiada terbatas pada setiap penjuru dan arah dialah Allah yang selalu memberikan hadiah terindah kepada Muslim dan Muslimah berupa kekuatan Ukhuwah serta Aqidah Islamiyah.
            Saat manusia butuh pada zat pemberi nikmat, saat manusia terombang ambing oleh gemerlapnya maksiat, hidayah saat itu datang sebagai penyelamat dari azab dan laknat, Oleh karena itu, marilah kita selalu bersyukur memuja dan memuji Allah tidak hanya saat kita memperoleh tubuh yang sehat bahkan rasa syukur kita wujudkan disaat tubuh lemah dan saat mendapat musibah.
            Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, qudwah dan uswatun hasanah kita, yakni Rasulullah saw. beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya yang istiqomah dalam menjalankan ajaran islam. Dakwah yang disampaikan oleh Beliau merupakan tugas yang mulia dan amat dibutuhkan oleh manusia. Orang yang baik membutuhkan dakwah agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kebaikan. Bila orang baik membutuhkan dakwah apalagi orang yang belum baik. karenanya buku yang ada dihadapan kita ini, merupakan salah satu dari rasa bentuk tanggung jawab terhadap dakwah yang memang harus tetap dilanjutkan.
            Buku ini insya Allah bisa menjadi acuan dalam mengenal lebih dekat sosok seorang ulama penuh karismatik, dihormati dan disegani oleh setiap orang. Selain itu, kehadiran buku ini bisa ,mengkaji dan memahami metode dakwah yang dikembangkan oleh ayahanda al-Magfurulahu, TGH.M Riwanullah at-Tauhidy (Pendiri Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Bermi). Salah satu yang bisa ambil hikmah serta pelajaran dari kehidupan Beliau adalah sifat istiqomah, makanya tak heran para jamaah menyebut Beliau dengan “guru sampai hajatdisebabkan karena kedisiplinan dan keistiqomahan Beliau dalam menjalankan amanah serta dakwah kepada ummat, Ada kata-kata yang menarik yang sering keluar dari mulut beliau” Selama ruh saya masih ada, saya akan tetap mengabdikan diri untuk ummat, seandainya saya sakit dan mulut saya masih tetap sehat, insya Allah saya akan tetap berdakwah”Di saat risalah ini kami terima dan baca, kami ucapkan kepada penulis yakni Ustadz Musleh Maulana yang sudah meluangkan waktu untuk menggali keilmuan serta hal-hal yang bermanfaat dari al-Marhum TGH. M. Ridwanullah at-Tauhidy, dan atas nama Mudirul`am Ponpes Darussalam Bermi mengucapkan jazakumullah khoiron katsiro. Dan pesan kami untuk semua santri, Alumni, jama`atul Mu`awanah dan semua simpatisan untuk terus berjuang dalam melanjutkan dakwah guru kita.


Sekian
Mudirul`am

Hardiyatullah Ridwan


Pengantar Penulis

الحــمــدلله ربّ العالمين وصلى الله عــلى سـيّـــدنا محـمّـد وال سيّدنا محـمّـد لهم دار السّلام عـــنـــدربــــهم وهو ولـــيّـــهم بما كانـــوا يعــمـــلون  امــَّا بــعــــــد
            Puji syukur kita panjatkan kehadiarat Allah swt. Karena  limpahan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan naskah ini. Tulisan yang diberi judul Tuan Guru “Sang Penyair “ kini di tangan Anda dapat dihadirkan, Tulisan tentang Tuan Guru  Ridwan yang lebih dikenal dengan sebutan Guru ido merupakan ulama yang berhasil membangkitkan semangat keagamaan dan  kesosialan  masyarakat, tak hanya melalui keteladannya dalam prilaku kesaharian, tapi juga lewat pemikiran keagamaan dan gerakan dakwahnya. Dengan mengambil paham Ahlussunnah wal-Jamaah.
            Tuan Guru Ridwan adalah ulama yang mesti ditiru jejak rekamnya. Menuliskan sisi kehidupan menjadi penting, keberhasilan dalam mengembangkan dasar keislaman tak terlepas dari model dakwahnya yang  kreatif.
            Dengan demikian, kajian dakwah menjadi potret pokok buku ini, temuan yang tertulis di buku ini tentunya merupakan hasil  pemikiran dalam memaknai data-data yang ada agar lebih mudah memberi data dan informasi yang keabsahannya meyakinkan. Kiranya, membuat tulisan tentang Tuan Guru Ridwan secara lebih detail akan sangat membantu mereka yang memerlukannya. Diharapkan tulisan ini juga berfungsi sebagai upaya mengenang dan melestarikan jasa-jasa Beliau hingga dapat dijadikan panutan dalam bersikap. Betapa ketulusan, keikhlasan, dan kemahiran, Beliau dalam berdakwah menyuburkan pelaksanaan syariat islam dikalangan para penganutnya. Untuk itu, naskah buku ini berasal dari hasil penelitian yang Penulis lakukan setahun setelah wafatnyaTuan Guru Ridwan. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain: Melalui wawancara, observasi pengamatan, serta pecatatan dokumen. Kajian dalam buku ini bersifat “kualitatif” dengan corak diskriptif analisis. Disebut deskriptif karena menggambarkan objek apa adanya. Perkembangan yang tengah terjadi dan yang mengemuka, baik yang berhubungan dengan masa sebelumnya maupun masa sekarang. Sedangkan pendekatan kualitatif dipakai karena penelitian ini bertujuan  memahami dunia makna (Imam Suprayoga, 200: 9) Secara khusus penelitian ini mengambil bentuk studi tokoh dengan pendekatan historis, karena yang dikaji adalah sisi kehidupan, keagamaan, dan kedakwahan yang dilakukan Tuan Guru  Ridwan semasa hidupnya.
            Kajian tentang tuan guru  sebagai tokoh penyebar ajaran agama  merupakan kajian yang sangat dibutuhkan dan diharapkan  banyak pihak. Hal tersebut disebabkan posisi tuan guru saat ini sangat potensial sekali sekaligus sangat langka, dengan banyaknya tuan guru yang telah menghadap pada sang khaliq, maka tuan guru merupakan bagian yang  perlu dikaji dan ditelaah latar belakang pemikirannya, terlebih lagi yang menguasai ilmu tasawuf  seperti Tariqat Qadiriyah wa naqsabandiyah dapat dikatakan suatu yang langka dan sangat kurang.
            Tuan Guru Ridwan adalah seorang tokoh agama yang telah berhasil membangkitkan semangat keagamaan dan kesosialan Masyarakat yang mana nuansa keagamaan yang Beliau bangun lebih  kepada peningkatan gairah pengamalan ajaran-ajaran islam dalam berbagai sisi kehidupan dengan mengambil paham Ahlussunnah Waljamaah ( NU)
            Tuan Guru Ridwan memposisikan diri sebagai pejuang paham Ahlussunnah wal- Jamaah, istilah Ahlussunnah wal- Jamaah mengacu pada mereka yang selalu mengikuti prilaku sunnah, nabi,dan para sahabat,( Djamaluddin, 1975)  Ahlussunnah wal- Jamaah, merupakan aliran teologi yang muncul pada abad ke 13 di bawah pelopor imam Abu Hasan al-As`ari ( 260-324, H,/ 873-934 M)
            Imam Abu Hasan al-As`ari merumuskan pandangan teologinya sejalan dengan pemikiran empat mazhab yang sama-sama benar dan semuanya memperkukuh paham jamaah di lingkungan ummat islam, serangkaian yang dijunjung tinggi di dunia islam antara lain: Imam Syafi`i (204,H/ 819 M), Imam Hanafi (150 H/ 676 M), Imam Malik, 179 H/ 795 M), dan Imam Hambali ( 241 H/ 855 M). Terkait itu, pemikiran Imam Abu Hasan al-As` ari pada dasarnya mendominasi dalam gagasan Tuan Guru Ridwan yang mana banyak mengambil tradisi sunni yang sudah umum berkembang, karenanya dapat dilihat bahwa bentuk pemikiran keagamaan Beliau adalah menyeimbangkan ketiga pokok ajaran islam, yaitu aqidah  (tauhid), syariah (fiqih) , dan akhlak (tassauf)
            Tekat keagamaan di atas tertanam dalam gerakan dakwah yang menyeluruh, hal ini karena selama kurang lebih enam puluh tahun kiprahnya dalam dakwah. Model dakwah yang dipakai adalah bentuk  pengajian yang merupakan aktivitas dominan yang dilakukan sejak awal sampai akhir hayatnya,dakwah lewat tulisan muncul dalam berbagai karya tulis yang mencakup ilmu-ilmu keislaman
             Tuan Guru Ridwan  melayani penduduk desa dalam masyarakat terpencil yang keluarganya secara tradisional, mempunyai pertalian sebagai pelindung masyarakat itu. Selain pelayanan keagamaan yang bersifat rutin, ia juga menyediakan sarana keagamaan, pemimpin upacara keagamaan, menyelesaikan perselisihan di bidang hukum dan pertikaian lainnya. sertamenjawab pertanyaan yang berkait dengan masalah spiritual/ keagamaan.
            Keberadaan tuan guru dalam komunitas masyarakat Lombok sangat dipengaruhi oleh ajaran yang dibawanya, seperti Tuan Guru Edo' [1] dengan pengajaran yang masih  tradisional Ajaran Tasawuf memiliki keistimewaan luar biasa. Dapat  menyentuh mayoritas masyarakat bawah. Semenjak  da’wah yang dijalankan, banyak perubahan yang signifikan terjadi di masyarakat, mulai cara bergaul, cara berpikir, bahkan  sekarang terlihat hasil dan perkembangan masyarakat semakin meningkat dan lebih agamis, serta mampu berdialog dengan  para santri yang lansung tinggal di Pondok Pesantren.
            Di antara sekian banyak tuan guru pada dekade ini, yang lebih mengedepankan pemikiran dan ajaran tasawuf dalam da'wah Islamiyahnya adalah Tuan Guru Ridwan, seorang tokoh kharismatik yang berdomisili di sebuah Dusun terpencil, yaitu Dusun Bermi Karang Dalem Timur, Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tengga Barat (NTB). Walaupun tempat tinggal Beliau di kampung yang masih tertinggal, dan masih jauh dari keramaian kota, tetapi penyebaran da'wah Islamiyah Beliau telah menyebar hampir semua pelosok dusun dan desa wilayah selatan, dua kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah, serta beberapa wilayah di perkotaan.
            Karenanya, Jika kita cermati sekelumit materi tulisan ini; kita akan mendapatkan satu makna sesungguhnya dari serentetan perjalanan sekaligus perjuangan hidup dari seorang tokoh” Tuan Guru Ridwan” Sebagai sosok seorang ulama yang mengedepankan



[1] Tuan Guru Edo adalah sebutan atau panggilan masyarakat banyak pada waktu baru pulang haji, sedang sebelumnya di panggil Guru Edo' / TGH Ridwanullah Attauhidy 

keseimbangan dan keselarasan antara hajat hidup duniawi dan ukhrawi bagi kepentingan ummat yang notabene tanpa pamrih.
            Sesungguhnya amatlah banyak yang mesti kita kaji dari kehidupan Beliau, namun tulisan ini hanya selayang pandang dari kehidupan Beliau, karena minimnya narasumber, serta informan; menyebabkan kami hanya mampu menyajikan yang ada ini dengan memilah-milah yang dipandang pantas dan dikenang.
            Meski demikian, beranjak dari yang sedikit inilah kami berharap masukan dari berbagai pihak untuk lebih bertambahnya materi tulisan ini yang belum terungkap di masa-masa mendatang.
            Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi yang tak mungkin kami sebut satu per satu baik secara langsung maupun tak langsung, tak lupa kami juga mengharapkan masukan dan kritikan  dari para pembaca yang budiman




Bermi, 1 Maret 2017


1.    SEKILAS KEHIDUPAN TUAN GURU RIDWAN
       Tuan Guru Ridwan  lahir di Dasan Geres Pande  pada tahun 1933 dari pasangan Tuan Guru Tauhiduddin (Amaq Na`im)  dan Kholidah,(Inak Ahmad)  Ketika Beliau dilahirkan, kakek Beliau Tuan Guru Muhammad Sholeh bertutur“ telah lahir penggantiku “, Saat itu, Beliau dinamakan Anwar Big oleh kakeknya dengan niat agar bisa menjadi penerang bagi kaum muslimin,  karena Beliau sering sakit-sakitan, nama Beliau diganti menjadi Ridwan, diambil dari kitab “Manakib”.Tuan Guru sering dibopong kakeknya mengisi pengajian di Desa Bermi , umurnya dua tahun waktu itu,  Tuan Guru Ridwan bermukim di Desa Bermi sekitar sepuluh tahun ,pada masa kecilnya sering bermain dengan teman-temanya salah satu teman dekatnya ialah  Misbah namanya dari Bermi Karang Dalam, saat Beliau berumur dua belas tahun  ayah Beliau pindah ke Desa Tegal pada 1945. Selama tinggal di Desa Tegal Beliau  bersekolah ke Pondok Pesantren Islahudiny Kediri, Beliau tinggal selama empat tahun di Desa Pelowok (Kediri) Beliau tinggal bersama Tuan Guru Sahabuddin dan Tuan Guru Kholidy (Pelowok). Setelah empat tahun tinggal di Kediri, beliau kemudian pulang pergi sekolah, Beliau berjalan kaki, terkadang naik cidomo, jarak perjalanan dari Tegal hingga Kediri sekitar 4 kilo meter.
            Tuan Guru Ridwan mulai pendidikannya di Ponpes al- Islahudiny Kediri pada tahun 1946 /    1368 H. Dalam mengenyam pendidikan di al-Islahudiny Beliau adalah santri yang tekun baik tekun muthola‟ah/mengaji maupun ibadah, setiap sampai di madrasah Beliau selalu melakukan sholat sunat, sehingga teman-teman Beliau mengatakan“ Guru Edo ‟Sembahyang Tahyatul Madrasah “.Di masa Beliau menimba ilmu,  pernah dua kali tidak naik kelas. Dengan ketekunan Beliau, di kelas lima Beliau tetap menjadi juara kelas. Keunikan guru Edo‟ dalam menuntut ilmu adalah apa yang didapatkan di pengajian langsung Beliau amalkan. Saat itu, Beliau sudah menjadi pembantu guru, karena apabila guru bersangkutan tidak hadir, Beliaulah yang menggantikannya. Saat itu, murid-murid pertama yang pernah Beliau ajarkan diantaranya: Tuan Guru. Badaruddin (Kediri Sedayu,) Tuan Guru Damanhuri (Kuranji) Tuan Guru Lukman (Umbe), Tuan Guru Mukhtar (Bangket Dalem), Tuan Guru Sukron (Kediri), Tuan Guru Safwan Hakim (kediri), Tuan Guru Mazhar (Gelogor), Tuan Guru Murad Tamimy (Aik Ampat), Tuan Guru Sibawaih Mutawalli (Jero Waru) Lombok Timur,  masih banyak lagi murid Beliau yang tak terdata.[1]
       Tuan Guru Ridwan sangat mahir dalam bidang ilmu keagamaan sehingga dijuluki murid-murid Beliau “kamus berjalan" Demikan ungkapan salah satu murid  Beliau. Tuan Guru Sibawaih Mutawalli yang pernah Mengaji kitab dalam waktu sebulan menamatkan Dua belas kitab, Sibawaih menuturkan,” Guru saya ini kamus berjalan, kitab yang tidak pernah Belau kaji, bisa dibaca, Beliau tak kenal lelah, tidak pernah saya lihat mengantuk, setiap saya datang mengaji”[2]
       Pada 1952 Beliau sudah mulai  mengisi pengajian ke beberapa desa, di Desa Tegal Beliau berjuang dan berdakwah penuh istiqomah para jamaah menyambut meriah pengajian terus berkembang di dua desa, yaitu Desa Tegal dan Dasan Geres Pande, jamaah terus bertambah hingga pengajian menyebar ke beberapa wilayah



[1] Ust H. Nasrullah, sairi, ibu Saridah, wawancara  13, 16,Maret 2016
[2] Pernyataan TGH Sibawaih saat pemakaman TGH, Ridwanullah.


Pada 1955 menikah dengan  Siti Rabitah. Dari pasangan ini lahirlah  empat anak, dua putri yaitu: Riyadah, Nurhidayah sementara yang putra ialah Kamiluddin anak sulungnya bernama Ulumuddin.  Pada 1976 -1977 istri pertama terlerai sepulang dari Mekkah. Pada 1978-1979 Beliau menikah dengan Siti Fatimatuzzahro, dari Desa Bermi, dari pasaangan ini  lahirlah satu purtri bernama Hurriyah, anak kedua bernama Amrullah, ketiga bernama Hardiyatullah,[1]
       Pada 1977 Beliau pergi ke Makkah, memenuhi panggilan haji yang pertama, enam bulan berada di Makkah, di Makkah Beliau bertemu dengan Syeikh  Ismail Yamani, oleh syeikh tersebut Beliau diijazahkan kitab “Tanwir Qulub”    kemudian Beliau dijazahkan kitab “Tsabat” oleh Tuan Guru Ibrahim al-Khalidy, kitab Tsabat tersebut juga diijazah kepada Tuan Guru Muhibbullah Getap, dan Tuan Guru Musleh Bagek Polak. 
       Semangat yang tinggi mempelajari ilmu-ilmu agama tercermin juga dari keseriusannya mengkaji berbagai kitab. Menurut data, Beliau berguru pada ulama yang diakui keilmuannya diantaranya:    Tuan Guru Ibrahim al-Kholidy (Kediri), Tuan Guru Abdul Hafiz (Kediri),TuanGuruAbdul Karim (Kediri), Tuan Guru.Mukhtar Abdul Malik (Kediri),Tuan Guru As`ary (Kediri), Tuan Guru  Abdul Hamid (Kediri), Tuan Guru Mustafa (Kediri), dan guru-guru lainnya yang tak terdata,[2]
            Perjuangan penting yang dilakukan Tuan Guru  Ridwan adalah mendirikan Pondok Pesantren Darussalam Bermi, pada tahun 1986/1406 H. nama madrasah ini dari Bahasa Arab.



[1] H Misbah, Saridah  Wawancara, 12, , dan 1Maret 2016).
[2]  H. Nasrullah, Ust Paisal, Ust Hasbullah, Wawancara, 13, 14, dan 15 Maret 2016).


secara kebahasaan,Darussalam“ berarti rumah kedamaia/ keselamatan, nama tersebut mencerminkan suasana kejiwaan dan keadaan sosial yang damai, dan tentram.
       Pada awal berdirinya pondok pesantren. Ada dua santri angkatan pertama, yaitu Adnan, dan Mustakim. Dua orang ini berasal dari Jereneng Desa Batu Tulis Lombok Tengah, dua orang santri tersebut mengaji 2 kali seminggu, yaitu hari Selasa dan Rabu seusai sholat Subuh, sementara kitab yang yang dipelajari ialah Tajwid dan Shorof, saat itu juga tuan guru membuka dan mengisi pengajian awalnya, di dua desa yaitu: Desa Dasan Geres Pande, dan Desa Tegal, kemudian bertambah ke Desa Adeng, Dowe pelet, dan Bermi Karang Dalam, Selang beberapa bulan sudah mulai ada santri yang tinggal yang sebagian besar berasal dari Lombok Tengah (Batu Tulis).
       Jumlah santri yang tinggal di Asrama  saat itu ada sepuluh  diantaranya: Adnan dari jereneng, Mustakim dari Jereneng, Safri (A) dari Kubur Jaran , Sahiruddin dari Kubur Jaran, Majdi dari Bangket Gawah, Marzuki dari Jereneng, Badri dari Bangket Gawah, Safri (B) dari Bangket Gawah, Sabaruddin dari Jereneng, Arfah dari Bangket Gawah, ditambah santri yang pulang pergi yang berasal dari daerah sekitar Bermi, yaitu:  Muhsar Syarif dari Telage Potet,  Kamaluddin dari Bermi,  Majsah dari Bermi, Wildan dari Telage Potet.  
            Awalnya, sistem pendidikan yang dikembangkan melalui Pondok Pesantren Darussalam Bermi adalah sistem halaqah/duduk bersila, tanpa kelas, dan tingkat, pondok sederhana pagar bambu, beratapkan ilalang. Saat itu, jadwal mengaji santri bertambah, yaitu: Seusai sholat Subuh, sholat Asar, dan isa, kitab yang dikaji Matan Jurumiyah, Sarah Dahlan, dan Tajwid. Seiring berjalan waktu, pada 1988 peletakan batupertama gedung Madrasah Tsanawiyah Darussalam yang diresmikan  Bupati Lombok Barat Drs, Ratmaji. Gedung itu dibangun atas dasar gotong royong Desa Bermi, Desa Telage Potet, Desa Dasan Geres Pande, dan Tegal. Saat itu, gedung yang dibangun hanya tiga lokal , dua ruang untuk belajar yaitu kelas ( A) dan kelas ( B) dan satu ruang  untuk kantor,  menjadi kepala sekolah pertama ialah Pak Saharuddin dari Desa Karang Langko, jumlah siswa-siswi yang bersekolah saat itu bertambah menjadi enam puluh orang angkatan pertama, siswa-siswi yang angkatan pertama hanya bersekolah satu setengah tahun. Pada  1991 berdirinya Madrasah Aliyah,  kepala sekolah pertama saat itu  Drs. Ahmad dari Bima, sementara jumlah siswa-siswa 33 orang. Perlu diketahui bahwa dana awal pembangun Madrasah Aliyah berasal dari sumbangan Bupati Lombok Barat senilai satu setengah juta dan Bina Graha Jakarta senilai sepuluh juta, yang pergi ambil dana itu ke jakarta  Haji Hakim dari Desa Bermi dan Lalu Saiful. Selain itu, dana juga berasal dari sumbangan dari sejumlah desa, berupa amplop yang diserahkan kepada masing-masing desa sekali setahun. Pada 1993  bendirinya Madrasah Ibtidaiyah/pendidikan tingkat dasar. jumlah  siswa angkatan pertama 15 orang, menjadi kepala Madrasah Ibtidai`yah pertama  yaitu, ibu Siti Aisah dari Gerung
            Guna menyiapkan kader khusus yang benar-benar memilki kemampuan di bidang ilmu keislaman maka  pada 2007 didirikan pendidikan Ma`had Aly. Ma`had Aly ini memilki kurikulum berbeda dengan keluaran pemerintah, karena 100% materi agama/kajian kitab kuning. Inilah lembaga terkokoh yang menjadi perintis Darussalam Bermi. Dilihat dari standar materi pendidikan di Ma`had ini cukup tinggi dan umunnya. Para alumni dapat mengabdikan diri pada masyarakat. Karena itu Tuan Guru Ridwan sangatlah memperhatikan Ma`had ini dan menyediakan waktu khusus untuk mengajar/mendidik,
       Perkembangan berikutnya, setelah melihat banyak alumni di tingkat madrasah. Tuan Guru Ridwan memandang perlunya dibuka perguruan tinggi, maka pada 2008 didirikan Sekolah Tinggi ilmu Syariah Darussalam (STISDA) yang bertujuan mencetak tenaga handal dalam bidang syariah dalam rangka mencari bibit-bibit unggul di masa depan. Inisiatif pendirian lembaga tinggi agama dan umum tersebut  untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan memperbaiki alam pendidikan pesantren agar selaras dengan tuntutan perubahan masyarakat modern. Dengan demikian, Pondok Pesantren Darussalam tetap aktif untuk menuju sistem pendidikan yang berwawasan keagamaan dan nasional[1]



[1] Ust H Adnan Ibrahim,& Ust.Muhsar Syarif, M.Pd Wawancara 16 Maret 2016)

2.      SEDERET KARYA- KARYA ILMIAHNYA.
            Apabila kita menengok sejarah para ulama. Kita dapat memastikan bahwa hampir semua para ulama mewariskan ilmunya dalam bentuk kitab, dan isi kitab yang ditulisnya memiliki kualitas berbobot dan menjadi acuan umat sepanjang zaman, sangat mungkin mereka terinspirasi firman Allah surat al-Alaq ayat pertama: “Sebuah anjuran untuk membaca” anjuran ini bersifat umum tak hanya membaca tulisan berupa ayat al-Qur`an, namun juga, berdialektika dengan alam sekitar, membaca situasi dan kondisi yang terjadi. Membaca bisa berarti suatu perintah/kewajiban agar manusia senantiasa membaca sepanjang hayat. Membaca juga bermaksud, bukan hanya bermanfaat bagi diri, tetapi menyebarkan, mengembangkan hasil bacaan menjadi informasi, ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain. Membaca akan semakin berpaedah manakala mengolah menyajikan kembali seluruh hasil bacaan menjadi bentuk tulisan, sehingga informasi dan ilmu pengetahuan tetap  terjaga dalam masa yang lama, dan bisa bermanfaat kepada generasi berikutnya. Dalam salah satu surat al-Qur`an, ada surat yang bernama pena (Q.S. al-Qolam:68) yang berisikan keterangan tentang tulisan dan alat yang digunakan untuk menulis, yaitu pena. Ayat keempat dari Q.S al-Alaq menyebutkan secara tegas bahwa Allah mengajar manusia melalui perantara alat tulis, yaitu “Qolam”. al-Qur`an sendiri sebagai pedoman hidup terbesar bagi manusia sepanjang masa merupakan bukti bahwa Allah mengajarkan manusia melalui perantara pena, alat yang menghasilkan tulisan. Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya “ ikatlah ilmu dengan tulisan” (Riwayat Tabrani dan Hakim, keduanya menyatakan sebagai hadist sahih dan disetujui oleh al-Buni. Dunia islam pun sudah lama menghargai tulisan, mengingat manfaatnya  begitu besar bagi perkembangan, peradaban manusia. Misalnya, apa yang akan terjadi kalau tidak ada budaya baca tulis,  tentunya akan sangat sulit mengetahui belajar tentang kitab suci al-Qur`an yang berjumlah lebih dari 6000-an ayat tersebut, dan hadist yang tak kalah besar jumlahnya mencapai ratusan ribu belum lagi kitab-kitab kuning warisan para ulama sebagai sumber ilmu pengetahuan, semuanya adalah karya baca tulis manusia. Tidak ada diantara kita yang tidak sepakat bahwa kepakaran dan keilmuan seorang ulama cedikiawan, perlu didukung/dibuktikan dengan menghasilkan karya nyata yang betul-betul bisa” dinikmati” oleh masyarakat, diantaranya dengan melihat beberapa banyak karya tulis/buku-buku yang telah dikarang, tentunya ummat islam sudah tak asing lagi dengan nama imam al-Ghazali, kamashuran kitabnya yang berjudul Ihya- al-Ulummudin, Imam Bukhari dengan Saheh Bukharinya, Imam Muslim dengan Sahih Muslim, Imam Malik dengan Muwatta, Imam Syafi`i dengan al-Umm, dan banyak lagi ulama lainnya.
       Dalam kaitan ini, Tuan Guru Ridwan juga mewariskan banyak tulisan, Beliau senang mengarang ataupun menuangkan gagasannya kedalam catatan-catatan, bidang sastra yang jika di teliti dan dibedah oleh para peneliti, tentunya isi kandungan nazham itu sungguh luar biasa, gaya bahasanya  indah  dan mendalam, sesungguhnya Beliau bukan hanya sosok ulama,/ waliyullah yang memiliki sejumlah karomah tapi juga Beliau adalah sang pujangga/ penyair abad kekinian,  kitab-kitab karya Tuan Guru Ridwan meliputi sejumlah disiplin tradisional keislaman baik menyangkut Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan lainnya. Ada beberapa karya tulis yang dihasilkannya yaitu, Nazham Hidayatussibyan (ilmu tajwid), Nazham halal-bihalal, Nazham Tuhfatulmurid, Nazham Tsamaratul Janiyah, Nazham Ridwany Nazham ihtimmamurridwan, Nazham Do`a (Tahadduts Binni`am), Nazham Khataman (Silsilah Tarekat Qodiriyah Wannaqsabandiyah), Nazham Tahaddust Bi-ni`am Fi bayani Takhliyah Wattahliyah, Nazham Taslik Watta`dib Muridi Darissalam, Nazham Ribath Fathul Mannan Ridho`I ilahirrahman, Nazham Ma`had Darussalam Bayani Adabi Tholabil ilmi, Nazham Nahjud Taisir illallahilqodir, Nazham Ghautsun Nasril`aun, Nazham Aqiq fi Ashulittahqiq, dan lainnya.
             Keseluruhan data-data karya tulis Tuan Guru Ridwan  umumnya menyangkut bidang keilmuan dan pengembangan akhlak islam (pendidikan karakter) di tengah kehidupan masyarakat, ini tidak hanya bermanfaat bagi generasi pada zamannya namun sekaligus sebagai warisan bagi generasi selanjutnya,  pastinya semangat Tuan Guru Ridwan dalam menulis, menggoreskan pena untuk memberi petuah, dan mengarang syair tetaplah pantas dikagumi, diberi acungan jempol, semagat seperti itu yang penting kita warisi, mestinya kita hidup di masa yang sudah sedemikian mudah  tidak boleh ketinggalan, kalaupun kita bandingkan dengan zaman dahulu  masih serba terbatas  zaman sekarang ini jauh lebih mudah bagi orang untuk berkarya. Meski pasilitas serba terbatas orang dahulu, begitu bersemangat menulis, Imam Syafi`i misalnya, menulis catatan ilmiahnya di atas pelapah kurma, tulang unta, dan kertas zaman kuno yang tidak mudah didapat itu, sampai suatu saat kamarnya penuh sesak dengan benda-benda berserakan tersebut sehingga Beliau tidak dapat menjulurkan kakinya ketika tidur. Akhirnya, Beliau menghafal semua catatan itu, dan beragam benda tersebut dikeluarkan dari kamarnya, sungguh luar biasa daya hafal Beliau,
            Syukurlah kita hidup di masa digital ini, alat penyimpanan/ memori juga semakin canggih, hanya saja semangat  kita cendrung menurun akibat sikap hidup yang kian serba ada, beberapa contoh lain semangat orang jaman dulu, Abu Mansur Muhammad bin Husain- karena sangat fakirnya- menulis pelajaran dan mengulangi bacaannya di bawah cahaya rembulan. Imam al-Bukhari tidur di atas tikarnya, bila terlintas di benaknya sebuah masalah, Beliau bangun dari tidurnya, mengambil korek api, dan menyalakan lampu kemudian menulis hadist lalu memberinya tanda, ketika Beliau menaruh kepalanya untuk tidur ketika kembali di hatinya sebuah masalah. Sekali lagi Beliau menyalakan lampu kemudian menulis hadistnya dan memberinya tanda. hal ini Beliau lakukan berkali-kali dalam satu malam, semangat membaca ini melahirkan kitab monumentalnya Sahih al-Bukhari yang menjadi rujukan kedua setelah al-Qur`an yang ditulis selama enam belas tahun. Demikianlah, gambaran kesungguhan ulama dalam menulis.

3.    P       4. PERJUANGAN DAKWAHNY

       Dakwah Tuan Guru Ridwan meliputi bidang yang sangat luas dan menyentuh sisi yang luas, dakwah yang dikembangkan Beliau sepanjang hayatnya. Diantaranya dakwah lisan, dakwah ini sering disebut ceramah. Bisa disebut berbicara dimuka umum. Para rasul menyampaikan risalah kenabian kepada ummatnya melalui media ini. Demikian pula Rasulullah saw menggunakan untuk berdakwah menyampaikan wahyu Allah swt maupun pesan-pesan keagamaan lain dari dulu hingga kini, metode ini masih menjadi salah satu bagian kebudayaan ummat manusia yang cukup dominan dalam menyampaikan informasi, menjelaskan ide-ide, menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan sebagainya, bentuk dakwah ini dikenal dengan tabligh, usaha menyampaikan ajaran islam dengan berceramah yang seseorang bertindak sebagai subyek dan sekelompok orang sebagai obyek .
      Sikap dakwah ini merupakan bentuk paling dini dari sikap dakwah Beliau, sampai beberapa    tahun  kemudian masih dalam tahap pencarian sikap dakwah yang lebih luas kosentrasi dakwahnya, kemudian berkembang ke berbagai wilayah kecamatan, bahkan desa hingga ke pelosok wilayah Lombok. Tuan Guru Ridwan tak hanya menyampaikan pengajian, Beliau juga mendirikan majlis pengajian di setiap masjid yang dikunjunginya.
       Majlis taklim tersebut dibina Beliau, namun seiring perkembangan waktu, banyak pihak yang membantunya, terutama dikalangan santri- santrinya. Tak terbayangkan jika kemauan masyarakat sedemikian tinggi, terkadang Beliau menghadiri undangan tiga hingga lima kali untuk berbagai hajat jamaah, hal semacam ini terus berlanjut sehingga menjadi bagian penting sisi kehidupan Beliau, itulah kegiatan hari-hari panjang yang dilalui Tuan Guru Ridwan dengan ketekunan dan keuletan. Meski melayani jamaah diluar,  Madrasah Pondok Pesantren Darussalam Bermi berhasil didirikan di kampung Bermi Babussalam, Beliau terlibat aktif  mengajarkan ilmu keislaman. Ini merupan metode dakwah secara lisan dalam bidang pendidikan. Dakwah lisan meluas dari sisi mengikutnya, Masjid-masjid yang didatangi Beliau penuh sesak oleh jamaah bahkan hingga meluber ke jalanan, terlebih  saat perayaan hari lahir /ulang tahun (haul/hultah) Saidissaikh Abdul Qodir al-Jilani jamaah berduyun mendatangi majlis zikir, kegiatan ini dilakukan dari masjid ke masjid selama  kurang lebih dua bulan.
       Tuan Guru Ridwan  berada di garda terdepan dalam pengambangan pendidikan. Hal ini di latarbelakangi kesadaran  mendalam bahwa gerakan dakwah lewat pengajian saja sangat terasa tidak mencukupi, itu sebabnya, perlu gerakan dakwah melalui penyelenggaraan program pendidikan, ini menunjukkan bahwa gerakan dakwah  melalui lembaga pendidikan sangat efektif dalam perubahan sosial meskipun dalam jangka agak panjang. Dengan bertebarnya alumni-alumni Ponpes Darussalam Bermi makin ramai pula syiar pendidikannya hingga akhirnya mereka menjadi tokoh penting didaerahnya.Ponpes Darussalam Bermi dibawah pimpinan langsung Tuan Guru Ridwan tidak lupa mengikuti perkembangan zaman sesuai konteks keindonesiaan, guna menyiapkan kader khusus yang benar-benar memiliki kemampuan dibidang ilmu keislaman, maka pada 1986 didirikan lembaga pendidikan keagamaan, yaitu Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Lembaga ini memiliki visi, adalah terbentuknya insan  mandiri yang memiliki kecerdasan, dan keterampilan yang dilandasi iman dan takwa sehingga mampu membentuk masyarakat islami .Dan misi lembaga ini adalah memberikan landasan ilmu agama dan pengetahuan umum, membentuk akhlakul karimah pada diri santriwan dan santriwati, mengadakan kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan santriwan dan santriwati sehingga memiliki kemampuan berinteraksi yang sembang dengan lingkungan sosial dan agama, mencetak kader-kader generasi islam yang berimtak dan beriptek. Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Bermi terdiri dari 6 lembaga, yaitu, Diniyah islamiyah(DI)  Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah(MTS) Madrasah Aliyah (MA) Ma`had Ali, Sekolah Tinggi ilmu Syariah Darussalam (STISDA). Ponpes Darussalam Beremi juga memiliki organisasi, yaitu: Jama`atul Mua`wanah, Ikatan Keluarga Besar Alumni Darussalam (IKBAD) Koperasi Darussalam, Poskestren Darussalam. Adapun kegiatan Extrakurikulernya antara lain: Kajian Kitab Kuning, Tahfidzul Qur`an , Tilawatil Qur`an, Bahasa Arab dan Inggris, Hadroh, Kaligrafi, Bela Diri, Palang Merah Remaja (PMR) dan Pramuka. Inisiatif pendirian lembaga agama dan umum tersebut adalah untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan mengembangkan alam pendidikan pesantren agar selaras dengan tuntutan perubahan masyarakat kekinian,Gambaran lembaga-lembaga pendidikan dibawah komando Tuan Guru Ridwan tersebut, terlihat betapa kepedulian Beliau dalam pengembangan dunia pendidikan memang sangat tinggi, itu merupakan keteladanan dalam prilaku nyata, acuan  yang mahal harganya, disinilah letak kekuatan dakwah Beliau ditambah dengan keistiqomahan dalam menjaga dan mengemban amanat.
            Gambaran kepedulian dan keistiqomahan Beliau tercermin dalam bait-bait syair:
دار السلام دار الســــلام دار الســـــلام : دار الســــــــلام دار الســـــــــلام دار الســــــــلام
Ø Pengakuan identitas. & integritas
عمــــــــر وابن وانصــــــــــــــــــــــــــــــــرن بنــــــــــــــــــــــــــــائه : وفق لإهله ووســــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــع رزقه
Ø  Seruan Pergerakan, tolong menolong, dalam membangun,dan seruan kesuksesan
تربـــيـــــــــــــــــة الأولد وطلاب : للعـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــلم الأحــــــــــــــــــــــــــــــــياء او لإحتســــــــــاب
Ø  Seruan untuk mendidik, bergabung menuju kesuksesan[1]

            Tuan Guru Ridwan  melakukan dakwanya telah melahirkan perubahan perubahan penting dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat, hal ini dicatat sebagai kreasi besarnya dalam menggerakkan sejarah masyarakat yang mana antara agama dan tradisi dapat berjalan seimbang tanpa mempertentangkannya satu dengan lainnya, peringatan hari-hari besar islam selalu diusahakan meriah, untuk memperdalam nuansa keagamaan masyarkat, peringatan Isro Mi`raj, Nuzul Qur`an Maulid Nabi dan hari besar islam lainya menjadi penting



[1] ( Tuhfatul Murid ,Hal 16, 27)

 perhatian Beliau, Selain tradisi tahunan tersebut, masih ada tradisi-tradisi lain yang sering dihadiri Beliau yaitu: pengajian mingguan,yaitu  membaca istighosah, Dala`il dan lainnya.
       Terkait itu, tatanan nilai adat sangat diperlukan, tradisi dipandang sebagai suatu kebiasaan yang sudah tertanam dalam masyarakat hingga mereka menganggapnya telah menjadi bagian pusat kehidupannya, berbagai tradisi hidup dan berkembang di masyarakat sebagian berdasarkan nilai-nilai agama, dan sebagian lagi bersumber dari kebiasaan setempat (kearifan lokal). Untuk itu, kemampuan menyelekasi tatanan nilai adat sebagai unsur budaya  setempat adalah pendukung keberhasilan Beliau melakukan penedakatan dengan menganut paham Ahlussunnah wal- Jamaah.
       Suatu kebiasaan itu, dikatakan adat istiadat tentu memenuhi sejumlah persayaratan:
1)      Memiliki nilai tradisional yang bersifat tradisional.
2)      Dipertahankan oleh masyarakat pemakaiannya karena dirasakan manfaatnya.
3)      Tidak bertentangan dengan sistem nilai sudah ada (baik buruknya).
4)      Tidak bertentangan dengan nilai agama.[1]

            Berpijak pada pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan agama Pondok Pesantren Darusalam Bermi. Maka, dirasa perlu oleh Tuan Guru Ridwan dibentuknya suatu organisasi yang merangkul segala macam keperluan dan kebutuhan pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut



[1] Kaffie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah, Surabaya: Indah 1993

secara professional, karena itulah Beliau membuat semacam wadah, perhimpunan yang bernama “Jama`atul Mu`awanah”, organisasi ini kemudian menjadi Pergerakan untuk mewujudkan cita-citanya secara lebih terarah, organisasi merupakan kendaraan untuk menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan pengambangan, kemajuan lembaga dan masyarakat dalam bidang agama sosial dan dakwah,
       Organisasi Jammaatul Mu`awanah merupakan pergerakan keagamaan (Ruhiyah Diniyah) dan pergerakan kolektif (Ruhiyah Jam`iyah) dengan tujuan saling tolong sesama dalam hal sosial kemasyarakat dan keagamaan dengan landasan ayat berikut “
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ اُمَّةٌيدعُوْنَ اِلَى الخيــرِ وَ يَـأمُرُوْنَ بِالمَعْرُوْفِ وَ ينْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَاُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن
Artinya:
     Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S al- Imran : 104)

            Dan ayat berikut:( al-Maidah : 2)
تَعَاوَنواعَلىَ الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلىَ الإثْم وَالعُدْوَانِ
            Artinya:
Hendaklah saling tolong dalam hal kebajikan janganlah saling tolong dalam keburukan
            Jama`atul Mu`awanah memiliki program mingguan, bulanan, tahunan.  Program mingguan diadakannya pengajian biasanya hari Rabu/jum`at sementara program bulanan biasanya setiap tanggal 15 Hijriyah mengaji di pondok, dan tahunan. yaitumengkordinasikan jadwal haul/pelaksanaan haul masing-masing masjid.
       Selama ini, Organisasi Jama`atul Mu`awanah sudah memiliki 140 cabang baik Lombok Barat dan Lombok Tengah, dari tahun ke tahun jumlah cabang terus menerus bertambah, akan melebarkan sayapnya,  sejauh ini anggota Jama`tul Mu`awanah sekitar 7000 personil, setiap anggota mengeluarkan iuran tiap bulannya mulai seratus- hingga seribu rupiah,/atau lebih, iuran itu dipergunakan untuk sosial keagamaan dan kemasyarakatan katakanlah, jika ada orang yang meninggal dunia, keuangan itu  juga untuk keperluan prioritas katakanlah untuk pengembangan pembangunan madrasah.[1]
       Pentingnya organisasi sebagai alat perjuangan telah terbukti kesahehannya oleh lintasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang diwarnai terutama oleh pergerakan organisasi kemasyarakatan baik di bidang politik maupun non politik , hal ini nyata terlihat baik pada periode sebelum kemerdekaan, peranan organisasi islam baik dalam bentuk formal maupun dalam ikatan jamaah yang lain adalah besar sebagai alat perjuangan, organisasi islam setidaknya memenuhi satu atau lebih peran berikut:
1)   Sebagai pengikat ummat menjadi jamaah yang lebih kuat
2)   Media pengembangan dan pemasyarakatan budaya
3)   Media pendidikan dan pemberdayaan ummat/ anggotanya untuk mencapai derajat takwa
4)   Alat  merencanakan dan melaksanakan kegiatan dakwah



[1]  H , Suparman ,Wawancara  3 Maret 2016 )
1)   Media mengembangkan minat mengenai sisi kehidupan tertentu(ekonomi misalnya) dalam rangka mengembangkan tujuan kemasyarakan yang adil dan sejahtera[1]
     Tuan Guru Ridwan juga mempelopori berdirinya semacam wadah perjuangan yaitu’ Rubath fathul mannan “ wadah ini untuk pengembangan ummat, dalam hal sosial keagamaan, dan kemasyarakatan, seperti majlis ilmu, dzikir, dijelaskan dalam bait-bait syair Beliau.
معهـــد مدرسة دارالســـــــــــــــــــــــــلام : كذا الـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــرباط مجلس علم والســـــــــــــــــــــــــــلام
Ø  Rubath Fathul Mannan Konstruk pergerakan keagamaan
فـــــيــــنــــــبغى لنا ويا اهــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــل الـــــــرباط : ان تــجـــتــــهــــدوا عملا مع احـــتـــــيـــــــاط
Ø  Seruan  komunitas  untuk berjuang terus menerus   
وان تــــــقمـــــيـــــــوا للجــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــهاد الأكبر: وتطلبــــــــوا علم الـــــحديث الأثــــــــر
Ø  Seruan pergerakan,  menuntut ilmu terus menerus.
والفقه والاصول والتصــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــوف : كذ الســـــــــــــــــــــــــــــلوك والـــــحقــــــــــــــــيـــــــقة وف
Ø  Seruan mempelajari ilmu keagamaan[2]

       Selain  Organisasi Jamatul Muawanah, juga dibentuk Organisasi Ikatan Alumni Darussalam (IKBAD)  yang bertujuan menjalin silaturrahim di kalangan alumni, organisasi ini merupakan marwah perjuangan  Pondok Pesantren Darussalam Bermi, yang dari tahun ke tahun alumni terus bertambah, alumni- alumni itu di rangkul untuk ikut mengembangakan  kemajuan Pondok Pesantren Darussalam bermi,



[1] Ahmad (ed), Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.               
[2] Nazham Rubath Fathul Mannan, Hal, 15 

Tuan Guru Ridwan juga mengembangkan dakwah kerohanian, jalan ini disebut dengan tarekat, dalam istilah Bahasa Indonesia, tarekat diberi padanan kata bermacam-macam:jalan, cara, aturan/persekutuan para penganut tasawuf (Poerwadarmin 1982: 120). Tarekat sebagai organisasi persaudaraan para salik mulai muncul pada abad ke XII. M ia memiliki tiga unsur pokok: Mursyid, upacara ritual, dan dzikir, dengan demikian sebutan tarekat mengandung  pengertian: secara tekstual berarti suatu jalan/ metode yang ditempuh oleh kaum sufi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah    
       Dakwah seperti itu dapat juga diistilahkan dengan dakwah “bil-ijazah”. Dalam Bahasa Arab ijazah berarti pengakuan/ pemberian kewenangan, dalam pengertian teknis ijazah dimaknai sebagai pemberian kewenangan oleh seorang tokoh kepada seseorang untuk mengamalkan suatu ajaran (amaliyah/baiat) tertentu. Dikalangan pesantren pengertian ijazah ini dikenal luas, sehingga sering muncul pengakuan dari seseorang “ saya telah mendapatkan ijzah untuk mengamalkan ini‟ yang berupa sejumlah wirid/ amalan yang harus diamalkannya secara rutin, ijazah tersebut bisa untuk  pendekatan diri, kesembuhan /pengobatan suatu penyakit, Pola seperti ini memang masih sangat kuat dan berkembang di masyarakat nusantara [1]
            Tarekat, bisa dikatakan sebagai bentuk turunan dari tasawuf itu sendiri. Jika tasawuf merupakan jalan/ upaya manusia untuk mensucikan diri sekaligus mendekatkan diri pada Tuhan, maka tarekat adalah tasawuf yang dalam banyak hal telah mengalami



[1] Ahmad Amir, Peran Tarekat Qadiriyah –Naqsabandiyah di    Lombok: Mataram: Pustaka pesantren 2005

 modifikasi, terutama terkait oleh syekh (guru) yang menjadi ikon dalam satu gerakan tarekat tertentu, dari dulu hingga sekarang sudah ada ajaran- ajaran yang bersifat bathiniah (tasawwuf), ajaran seperti ini di zaman terdahulu di namakan dengan sufiyah, sekarang dinamakan dengan Thariqat, Thariqat inipun terdiri dari beberapa macam yang mu'tabaroh (diakui), seperti Thariqat Naqsyabandiyah, Thariqat Qodariyah, Thariqat Syatariah, Thariqat Syadziliyah, dan masih banyak lagi hingga 44 buah banyaknya. Ajaran Thariqat ini dipimpin oleh seorang Mursyid membimbing dan menuntun menuju jalan Ilahiyyah yakni ma‟rifaz/ mengenal Allah. Ajaran ini jika tiada dengan guru mursyid yang membimbingnya tidaklah akan sampai kepada tujuan yang dimaksud, dan tidak akan dapat dilaksanakan tingkatan ajaran ini yang menggunakan maqamat/lathaif tanpa adanya bimbingan khusus dalam hal ini. Dalam pelaksanaan ajaran ini seorang mursyid harus benar-benar menuntun muridnya/ sang salik menuju kejalan yang benar dan diridhoi oleh Allah swt dengan berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Apabila keluar dari acuan tersebut  akan menimbulkan kecelakaan fatal dalam beribadah kepada Allah swt dan malah menimbulkan kemusyrikan.

            Ajaran tasawwuf ini tidak dapat dilaksanakan secara tahu dengan sendirinya (autodidak) atau dengan cara mendengarkan dari orang lain, membaca buku tasawwuf dan lain sebagainya lalu dipraktekkan setiap tingkatannya, sebab yang beredar keluar masalah tingkat pembelajaran ini hanyalah secara kulit luar saja, dan ilmu ini tersusun rapi tingkatan-tingkatannya oleh para silsilah yang terdahulu dan mesti ada bimbingan secara langsung pada suatu tempat, seperti di Halqah, di Surau  atau apapun itu namanya, sebab dalam melaksanakan ajaran ini sungguh banyak permasalahan, kendala/ rintangan. Karenanya, sangat diperlukan seorang guru mursyid yang telah lebih dahulu mengerti akan hal-hal tersebut. Tiap kita melaksanakan aktivitas/ibadah (dzikir), selalu saja ada aral rintangannya, ini disebabkan oleh iblis dan syetan yang kerjanya hanya untuk menggoda dan merayu manusia dalam segala aktivitas, terlebih lagi dalam ibadah kepada Allah swt, kerjanya senantiasa menggoda manusia akan kejahatan dan ingkar kepada Allah swt dan para Rasu-Nya, sementara kita harus beribadah secara ikhlas dan hanya mengharapkan keridhaan Allah swt. Nah, dalam melaksanakan ibadah ini agar lebih dapat kategori ibadah yang lebih baik, maka diperlukanlah seorang guru yang mursyidin dan diakui keberadaan ilmunya dalam hal pelaksanaan ajaran thariqat yang mulia ini.
             Kebutuhan seorang guru pembimbing dalam ajaran ini merupakan hal yang wajib, karena atas petunjuk Beliau maka, kita dapat melaksanakan ajaran ini dengan baik dan lurus serta dapat menetralisir setiap aral rintangan yang banyak dan biasa terjadi dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Thariqat adalah suatu ilmu yang mengandung akan jalan yang lurus menuju yang dimaksud, artinya inilah jalan menuju keridhaan Allah swt dan Rasul-Nya agar dapat menuju wushul (sampai). Ajaran ini rutinitasnya adalah selalu dzikir dan ingat kepada Allah swt melalui beberapa cara yang ditunjukkan oleh para ahlinya, ibadah ini lebih menitik beratkan kepada atau harus rutin dilaksanakan dan diterapkan dalam tiap denyut nafas kita, jadi bukan hanya sekedar diperbincangkan, karena ibadah yang ditunjukkan dalam ajaran ini adalah senantiasa harus ingat yang berkekalan dalam kondisi apapun juga selama kita bernafas (hidup), artinya sampai dengan nafas yang penghabisan/meninggal dunia, semoga Allah swt memberikan Khusnul Khatimah yang indah kepada kita semua. Thariqat ini jangan dianggap satu-satunya jalan menuju keridhaan Allah swt biarpun sampai ketingkat derajat bagimanapun juga, hal ini berlaku juga untuk ibadah dengan cara yang lain, utamanya hanya ikhlas tanpa ada maksud tertentu kepada Allah swt dan hanya mengharapkan keridhaan-Nya. Yang perlu kita ingat adalah iblis dan syetan paling suka dan menitik beratkan godaannya kepada kita adalah pada dua jurusan ibadah, yaitu ibadah shalat dan dzikir, karena dua ibadah ini yang paling besar kemungkinannya untuk mencapaikan kita akan derajat sampai kepada Allah swt, sehingga iblis dan syetan sunguh-sungguh menggoda dan mendekati dengan serius apabila manusia ada yang melaksanakan ibadah ini, makanya dalam hal melaksanakan ibadah dengan ajaran Thariqat sangat diperlukan bimbingan seorang guru mursyid yang berpengalaman. Amalan ini didasari dengan jalan memelihara keluar masuknya nafas, supaya hati tidak lupa kepada Allah swt, agar senantiasa tetap akan hadirnya Allah swt pada masuk dan keluarnya nafas, dalam menarik dan menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat serta hadir bersama Allah swt di dalam hati sanubari, ingat kepada Allah saat keluar masuknya nafas guna memudahkan jalan dekat kepada Allah swt dan diridhai-Nya. Kajian ini sangat berguna untuk jalan/membuat seorang anak manusia supaya dapat mengontrol dirinya agar jangan sampai lupa kepada Allah swt, di samping dengan ibadah fardhu (wajib) yang dilakukan sebagai sifat penghambaan dan pengabdian terhadap Allah swt, amalan ini jika dilakukan dengan rutin (istiqamah) dapat menjaga seorang hamba dari sifat lalai/ lupa kepada Allah swt yang disebabkan bisikan syetan pada jalan-jalan/ pintu masuk yang halus daripada manusia, jadi inilah upaya untuk jalan menuju kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Suci.
            Penerapan dalam kesehariannya salah satunya menjaga jika ia (salik) berjalan, mestilah selalu menundukkan kepalanya, kalau tidak dapat dikhawatirkan membuat hati bimbang dan ragu, maka dari itu kita harus memelihara hati. Terjadinya perpindahan sifat-sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah, kepada sifat -sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi penuh dengan ketaqwaan, karena itu wajiblah kita mengontrol hati, agar dalam hati kita tidak ada rasa cinta kepada makhluk selain dari Allah Swt, setiap salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah Swt dalam segala hal keadaan, baik di suasana sunyi maupun di tengah keramaian dunia. Suluk dalam hal ini terbagi dari dua bagian, yakni ; Khalwat lahir, yaitu orang yang sunyi di tengah keramaian, dan Khalwat Bathin, yaitu orang yang suluk senantiasa musyahadah kepada Allah Swt dan menyaksikan rahasia-rahasia Allah Swt, walaupun berada di tengah keramaian, dalam arti kata berkekalan dzikir (ingat) kepada Allah Swt, baik dzikir ismu zat dengan membaca Allah…Allah…Allah maupun dengan dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah, sampai yang di sebut itu terlihat di dalam dzikir yang hadir dan datang. Di luar suluk(Jalan) yang resmi, seorang salik harus memelihara hatinya dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sedapat mungkin di dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang demikian walaupun hanya sebentar dapat menjadi masaalah besar, hal ini tidak boleh terjadi dalam ajaran ibadah cara thariqat. Tawajjuh/pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah yang menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah swt terhadap nur zat ahdiyah, cahaya yang maha esa dengan tiada seumpama dengan apapun juga dan tanpa disertai dengan kata-kata, hal ini dapat dicapai  seorang hamba dalam menjalani ibadah, cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo yang sempurna Pelajaran dalam ajaran ini  mempunyai beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan tahap kebersihan jiwa dan hasil pengamalan dzikirnya terhadap Allah swt, dengan dibimbing seorang guru mursyid, tentunya pada pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba dengan khalik-Nya, maka semakin naik pulalah tahapan tingkatan kajiannya[1]             Berdasarkan sumber-sumber yang ada, cukup jelas bahwa salah satu pola yang dikembangkan Tuan Guru Ridwan adalah dakwah jalur spiritual. Bukti terpenting hal tersebut terlihat dari inovasi keagamaan yang Belau ciptakan, yaitu: Nazham, istighosah, wirid (berisi tentang amalan tarekat) dalam nazham ada juga berisikan silsilah tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah, yaitu Nazham Arridwany lebih jelasnya, berikut silsilah tarekat Beliau. Yaitu, Tuan Guru Ridwan, menerima ijzah dari orangtua Beliau (Tuan Guru. Tauhid, kemudian kakeknya (Tuan Guru M Saleh) kemudian Tuan Guru Rasidulmuslih bin Nurjiman Sesile, Syeikh Kabirilmuktal Baghdad, Syeikh, Abdurrahman, Syekh Ahmad Itholi, Syeikh, Mahmud, Syeikh, Ahmad, Syeikh Muhammad Husain Armirony, Syeikh Muhammad Maksum, Syeikh Abdurrazzaq al-Hamawy, Syeikh, Abdurrahman al-Hasany, Syeikh Burhanuddin Azzankary, Syeikh Sayid Nuruddin Syamy, Syeikh Yahya al-Basry, Syeikh Usman Hanbaly,Syeikh Abdul Qodir al-Jilany, Syeikh Said Mahzumy, Syeikh Abi Hasan bin yusuf, Syeikh Abilfaraj Attursisy, Seikh



[1] Ahmad Amir, Peran Tarekat Qadiriyah –Naqsabandiyah di    Lombok: Mataram: Putaka pesantren 2005

Abil Fadli, Syeikh Syubli, Syeikh Junaidi al-Bagdady, Syeikh Surrissuqty, Syeikh Kurkhy, Syeikh Daud Tho`I, Syeikh Habibil Ajami, Syeikh Hasan Basri, Saidina Ali, Kramallahu wajhah, Nabi Muhammad, Jibrail Ruhul Amin, Allah swt, (Tuhan Sekalian Alam)
       Untuk menghindari prilaku bertarekat yang salah. Maka dalam tasawwuf telah ada sistem internal yang menjamin keberlangsungannya secara aman sesuai dengan kerangka syariah, pintu masuknya harus melalui sitem bai`at suatu sumpah setia bagi salik di hadapan mursyid untuk sungguh-sungguh meniti jalan menuju Allah dengan mengamal ajaran/wirid yang diperoleh guru melalui silsilah keguruan yang berkembang sampai Rasulullah saw. jadi lewat bai`at murid tarekat tidak akan sembarang ikut-ikutan. Tradisi memberikan ijazah/wirid khusus terus berlanjut sampai akhir hayat Beliau, misalnya ada yang disebut wirid latifah, wirid ini memiliki kandungan tersendiri dan jika diamalkan biasanya akan membawa efek tertentu bagi pengamalnya yang mewiridkan secara tulus ikhlas, wirid latifah itu langsung dijazahkan oleh Tuan Guru Ridwan sendiri, karena beliau telah wafat, maka wakil Beliau kini Tuan Guru, Hardiyatullah secara khusus diberi izin  mengijazahkan dan membai`at calon anggota tarekat.
            Tuan Guru Ridwan mengutamakan dzikir dalam ajaran yang Beliau peringatkan kepada para muridnya sepertinya sebuah pengetahuan yang nampak begitu sederhana namun memilik nilai yang teramat mendalam. Betapa tidak? karena kita tahu bahwa dengan dzikir orang meniti jalan menuju Allah Dzikrullah merupakan suatu perbuatan yang teramat penting seperti yang diungkap banyak kalangan ulama. Dengan dzikir manusia mencari perlindungan Allah, dengan dzikir orang-orang arif mendekatkan diri kepada Allah. bahkan dalam bukunya Al-Minah-as-Saniyah Sayid Abdul Wahab as-Sya`rani (Khudori sholeh, 2000 : 82)
       Karena itu, jika kita membuka buku Makhlul Hikam tulisan Ahmad Ibnu Atthoillah (Syeikh Ahmad Ibnu Atho; terjemah al-Hikam, CV bintang pelajar: 98-99) kita akan temukan fatwanya:
jangan meninggalkan dzikir karena kamu belum selalu ingat kepada Allah( pen:khusuk)diwaktu berdzikir sebab kelalaian mu terhadap Allah sewaktu kamu tidak berdzikir( pen: meninggalkan dzikir) lebih parah daripada dzikir yang belum selalu ingat kepada Allah”
       Demikianlah, betapa banyak Rasulullah dan para sahabat serta para ulama berbicara tentang keutamaan dzkirullah sebagai sarana utama untuk mencapai Allah, sebagai sebuah sarana ibadah yang bernilai agung hingga merupakan penekanan utama Tuan Guru Ridwan ketika memberikan pelajaran kepada muridnya


5.    PASKA WAFATNYA TUAN GURU RIDWAN
       TGH.M. Ridwanullah tutup usia pada hari Rabu, tanggal 4 Rajab 1436/1437 H, bertepatan dengan 22/23 April 2015 , Perjuagan Tuan Guru Ridwan selama hidupnya seperti  mentari melintasi alam raya, semangat yang tinggi dalam berdakwah bagaikan cadas gunung, umur Beliau hanya diperuntukkan mengabdi untuk agama, dan ummat, semangat perjuangan Beliau hendaklah kita bercermin. Meski beliau pergi meninggalkan kita selamanya, semangat melanjutkan  nilai-nilai  perjuangan Beliau  janganlah redup. Bangunlah jangan terlelap  gemerlapnya dunia fana, bangunlah untuk melanjutkan cita-cita Beliau,
       Pondok Pesantren Darussalam bermi kini memiliki tokoh muda, yaitu  Tuan Guru Hardiyatullah, sang tokoh pembaharu ummat, melanjutkan nilai perjuangan, yaitu nilai yang dijabarkan dalam al-Qur`an, dan al-Hadist. Nilai ini hanya dapat diaktualisasikan melalui pembelajaran, pelatihan, dan pembiasaan yang berkesinambungan dari generasi ke generasi, oleh para santri dan Alumni Darussalam. Pondok Pesantren Darussalam akan mengalami kemajuan , manakala pergerakan para Santri/kader  memiliki militansi dan loyalitas tinggi, semangat, kebersamaan dalam melanjutkan cita-cita perjuangan.
       Tuan Guru Hardiyatullah menjadi garda terdepan dalam merangkul pergerakan pondok pesantren baik dalam bidang pendidikan maupun  keorganisasian/ semua unsur  Masyarakat. Organisasi adalah satu kesatuan pergerakan perubahan ke arah perkembangan dan kemajuan Pondok Pesantren Darussalam Bermi kedepannya. Untuk itu,  perkokoh persaudaraan dan persatuan untuk kepentingan agama dan  bangsaUntuk mengingatkan kita, agar tetap menjaga nilai perjuangan, dan melanjutkan kiprah dakwah Tuan Guru Ridwan, berikut penggalan dari beberapa bait syair yang dikarang Beliau dalam Nazham Tuhfatul Murid.

Hai saudara dan saudari
Rajin-rajin pada mengaji
Sering hadir di majlis pengajian
Supaya selamat di hari kemudian

Hasad itu merusak kebaikan
Seperti api membakar sayuran
Karena itu sucikan hati
Dari hasad atau dengki

Riyak itu sifat dicela
Amal ibadah karena dunia
Obatnya ikhlas karena Allah
Niat mengabdi kepada Allah

Ujub itu penyakit hati
Yaitu heran pada amal diri
Obatnya ingat nikmat Allah
  Serta taufik hidayah Allah 
Suma`ah itu menceritakn amal
Niatnya dipuji orang
Obatnya hendak rahasiakan
Jangan cerita atau sebarkan

Sifat tersebut sangan merusak
Atau memakan sebab ditolak
Kelakuan itu hendak taubatkan
Istigfar harap ampunan


       Jika kita telisik syair tersebut, tergolong jenis syair Matsnui, yang berasal dari persi-Arab. Matsnui bentuk puisi/syair lama yang berisikan pujian, nasihat, dll.  Banyaknya larik setiap bait tidak tentu, setiap larik Matsnui terdiri atas sepuluh sampai empat belas suku kata, biasanya Matsnui bersajak  aa, bb, cc, dd,dan seterusnya. Ini berarti rima, Matsnui dua larik sama.[1]
       Sesungguhnya, jenis syair yang dikarang Tuan Guru Ridwan beragam  jenis, baik yang berbahasa Indonesia maupun Arab, terpenting isi atau substansi tersurat/tersirat dari syair tersebut perlu dikaji/dibedah oleh para pelajar dalam forum seminar/pengajian, agar nilai-nilai yang terkandung dalam syair itu, menjadi acuan  dalam bersikap,dan  berkarakter islami.



[1] Dra,Ika Berdianti,  Membedah Puisi  Lama, & masa kini , Siadur Press .Semarang: 2010




BIODATA PENULIS
       Musleh  Maulana  :  Lahir 11 Juni  I987 di  Meang,  Pendidikan : SDN Pangsing Sekotong Lobar  : 2000; MTs      Darussalam Bermi Gerung: 2004; MA Darussalam Bermi  Gerung : 2006; S-1 Bahasa Inggris IKIP Mataram 2013.      Pengalaman di bidang akademik & keorganisasian: Aktif  mengajar di MTs al-Hamidy Kebon Talo Lembar  dari tahun 2007 hingga kini : Guru di SMK Hizbunnajah NW Tempos 2015-2016, Guru TK dan SD Tarbiyatul Ummah Karang Bedil Mataram 2011-2014 :Guru PAUD Annajihin BTN Lingkar Asri Terong Tawah 2013-2014, Guru private tingkat SMA di Gerung dan Narmada 2011-2012 Anggota Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMII) 2009-2010: Anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 2012-2013:Anggota  Himpunan Organisasi HIMMAH NW Cabang Mataram 20010-2015: Anggota English Debate Club (EDC) IKIP Mataram 2010-2013 Koordinator Group Discussion tingkat Mahasiswa 2010-2013 Penulis Buku-Buku berbahasa Indonesia dan inggris diantaranya: (1) English Conversation Focus, diterbitkan di Havara Press (2015) :  (2) Panduan Ringkas Shalat Jenazah diterbitkan oleh Havara Press (2016) : (3)  Editor buku Nama-nama Lagu dalam Seni Bacaan al-Quran diterbitkan oleh Havara Press (2016): buku-buku lainnya akan segera terbit . Bagi pembaca yang ingin berkomunikasi dengan Penulis bisa meghubungi via hand phone (085338736697).









Tidak ada komentar:

Posting Komentar