Kata Pengantar
الـحـمد لله الذى ارسل رسوله بالهدى ودين الـحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون اشهد ان لااله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله اللهم صل على ال سيدنا محمد وعلى اله اصحابه أجمعين
al-Hamdulillah wasyukrillah
yang selalu tercurah kepada gusti Allah. Dialah zat pemberi hikmah serta dialah
tuhan yang patut disembah, Dialah Allah yang kekuasaannya tiada terbatas pada
setiap penjuru dan arah dialah Allah yang selalu memberikan hadiah terindah
kepada Muslim dan Muslimah berupa kekuatan Ukhuwah serta Aqidah
Islamiyah.
Saat manusia butuh
pada zat pemberi nikmat, saat manusia terombang ambing oleh gemerlapnya
maksiat, hidayah saat itu datang sebagai penyelamat dari azab dan laknat, Oleh
karena itu, marilah kita selalu bersyukur memuja dan memuji Allah tidak hanya
saat kita memperoleh tubuh yang sehat bahkan rasa syukur kita wujudkan disaat
tubuh lemah dan saat mendapat musibah.
Sholawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita, qudwah dan uswatun hasanah kita, yakni
Rasulullah saw. beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya yang istiqomah
dalam menjalankan ajaran islam. Dakwah yang disampaikan oleh Beliau merupakan
tugas yang mulia dan amat dibutuhkan oleh manusia. Orang yang baik
membutuhkan dakwah agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kebaikan. Bila
orang baik membutuhkan dakwah apalagi orang yang belum baik. karenanya buku
yang ada dihadapan kita ini, merupakan salah satu dari rasa bentuk tanggung
jawab terhadap dakwah yang memang harus tetap dilanjutkan.
Buku
ini insya Allah bisa menjadi acuan dalam
mengenal lebih dekat sosok seorang ulama penuh karismatik, dihormati dan
disegani oleh setiap orang. Selain itu, kehadiran buku ini bisa ,mengkaji dan memahami metode dakwah yang dikembangkan oleh
ayahanda al-Magfurulahu, TGH.M Riwanullah at-Tauhidy (Pendiri
Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Bermi). Salah satu yang bisa ambil hikmah
serta pelajaran dari kehidupan Beliau adalah sifat istiqomah, makanya tak heran
para jamaah menyebut Beliau dengan “guru sampai hajat” disebabkan karena
kedisiplinan dan keistiqomahan Beliau dalam menjalankan amanah serta dakwah
kepada ummat, Ada kata-kata yang menarik yang sering keluar dari mulut beliau” Selama
ruh saya masih ada, saya akan tetap mengabdikan diri untuk ummat, seandainya
saya sakit dan mulut saya masih tetap sehat, insya Allah saya akan tetap
berdakwah”Di saat risalah ini kami terima dan baca, kami ucapkan kepada
penulis yakni Ustadz Musleh Maulana yang sudah meluangkan waktu untuk menggali
keilmuan serta hal-hal yang bermanfaat dari al-Marhum TGH. M. Ridwanullah at-Tauhidy, dan atas nama Mudirul`am Ponpes Darussalam Bermi
mengucapkan jazakumullah khoiron katsiro. Dan pesan kami untuk semua santri,
Alumni, jama`atul
Mu`awanah dan semua simpatisan untuk terus berjuang dalam melanjutkan dakwah
guru kita.
Sekian
Mudirul`am
Hardiyatullah Ridwan
Pengantar Penulis
الحــمــدلله ربّ العالمين وصلى الله عــلى
سـيّـــدنا محـمّـد وال سيّدنا محـمّـد لهم دار السّلام عـــنـــدربــــهم وهو
ولـــيّـــهم بما كانـــوا يعــمـــلون امــَّا
بــعــــــد
Puji syukur kita panjatkan kehadiarat Allah swt. Karena limpahan
rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan naskah ini. Tulisan yang diberi
judul Tuan Guru “Sang Penyair “ kini di tangan Anda dapat dihadirkan,
Tulisan tentang Tuan Guru Ridwan yang
lebih dikenal dengan sebutan Guru ido merupakan ulama yang berhasil membangkitkan
semangat keagamaan dan kesosialan masyarakat, tak hanya melalui keteladannya
dalam prilaku kesaharian, tapi juga lewat pemikiran keagamaan dan gerakan dakwahnya.
Dengan mengambil paham Ahlussunnah wal-Jamaah.
Tuan Guru Ridwan adalah ulama
yang mesti ditiru
jejak rekamnya. Menuliskan sisi kehidupan menjadi penting, keberhasilan dalam
mengembangkan dasar keislaman tak terlepas
dari model
dakwahnya yang kreatif.
Dengan demikian, kajian dakwah
menjadi potret pokok buku ini, temuan yang tertulis di buku ini tentunya
merupakan hasil pemikiran dalam memaknai
data-data yang ada agar lebih mudah memberi data dan informasi yang keabsahannya
meyakinkan. Kiranya, membuat tulisan tentang Tuan Guru
Ridwan secara lebih detail akan sangat membantu mereka yang memerlukannya.
Diharapkan tulisan ini juga berfungsi sebagai upaya mengenang dan melestarikan
jasa-jasa Beliau hingga dapat dijadikan panutan dalam bersikap. Betapa
ketulusan, keikhlasan, dan kemahiran, Beliau dalam berdakwah menyuburkan
pelaksanaan syariat islam dikalangan para penganutnya. Untuk itu, naskah buku
ini berasal dari hasil penelitian yang Penulis lakukan setahun setelah wafatnyaTuan Guru Ridwan. Pengumpulan
data dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain: Melalui wawancara,
observasi pengamatan, serta pecatatan
dokumen. Kajian dalam buku ini bersifat “kualitatif” dengan corak
diskriptif analisis. Disebut deskriptif karena menggambarkan objek apa adanya. Perkembangan
yang tengah terjadi dan yang mengemuka, baik yang berhubungan dengan masa
sebelumnya maupun masa sekarang. Sedangkan pendekatan kualitatif dipakai karena
penelitian ini bertujuan memahami dunia
makna (Imam Suprayoga, 200: 9) Secara khusus penelitian ini mengambil
bentuk studi tokoh dengan pendekatan historis, karena yang dikaji adalah sisi
kehidupan, keagamaan, dan kedakwahan yang dilakukan Tuan Guru Ridwan semasa hidupnya.
Kajian tentang tuan
guru sebagai tokoh penyebar
ajaran agama merupakan kajian yang sangat
dibutuhkan dan diharapkan banyak pihak.
Hal tersebut disebabkan posisi tuan guru saat ini sangat potensial sekali
sekaligus sangat langka, dengan banyaknya tuan guru yang telah menghadap pada
sang khaliq, maka tuan guru merupakan bagian yang perlu dikaji dan ditelaah latar belakang
pemikirannya, terlebih lagi yang menguasai ilmu tasawuf seperti Tariqat Qadiriyah wa naqsabandiyah dapat
dikatakan suatu yang langka dan sangat kurang.
Tuan Guru Ridwan
adalah seorang tokoh agama yang telah berhasil membangkitkan semangat keagamaan
dan kesosialan Masyarakat yang mana nuansa keagamaan yang Beliau bangun lebih kepada peningkatan gairah pengamalan
ajaran-ajaran islam dalam berbagai sisi kehidupan dengan mengambil paham
Ahlussunnah Waljamaah ( NU)
Tuan Guru Ridwan memposisikan diri
sebagai pejuang paham Ahlussunnah wal- Jamaah, istilah Ahlussunnah wal- Jamaah
mengacu pada mereka yang selalu mengikuti prilaku sunnah, nabi,dan para sahabat,( Djamaluddin, 1975) Ahlussunnah wal- Jamaah, merupakan aliran
teologi yang muncul pada abad ke 13 di bawah pelopor imam Abu Hasan al-As`ari (
260-324, H,/ 873-934 M)
Imam Abu Hasan
al-As`ari merumuskan pandangan teologinya sejalan dengan pemikiran empat mazhab
yang sama-sama benar dan semuanya memperkukuh paham jamaah di lingkungan ummat
islam, serangkaian yang dijunjung tinggi di dunia islam antara lain: Imam Syafi`i
(204,H/ 819 M), Imam Hanafi (150 H/ 676 M), Imam Malik, 179 H/ 795 M), dan Imam
Hambali ( 241 H/ 855 M). Terkait itu, pemikiran Imam Abu Hasan al-As` ari pada
dasarnya mendominasi dalam gagasan Tuan Guru Ridwan yang mana banyak mengambil
tradisi sunni yang sudah umum berkembang, karenanya dapat dilihat bahwa bentuk
pemikiran keagamaan Beliau adalah menyeimbangkan ketiga pokok ajaran islam,
yaitu aqidah (tauhid), syariah (fiqih) ,
dan akhlak (tassauf)
Tekat keagamaan
di atas tertanam dalam gerakan dakwah yang menyeluruh, hal
ini karena selama kurang lebih enam puluh
tahun kiprahnya dalam dakwah. Model dakwah
yang dipakai adalah bentuk pengajian
yang merupakan aktivitas dominan yang dilakukan sejak awal sampai akhir
hayatnya,dakwah lewat tulisan muncul dalam berbagai karya tulis yang mencakup
ilmu-ilmu keislaman
Tuan Guru Ridwan melayani penduduk desa dalam
masyarakat terpencil yang keluarganya secara
tradisional, mempunyai pertalian sebagai pelindung masyarakat itu. Selain
pelayanan keagamaan yang bersifat rutin, ia juga menyediakan sarana keagamaan,
pemimpin upacara keagamaan, menyelesaikan perselisihan di bidang hukum dan
pertikaian lainnya. sertamenjawab pertanyaan yang berkait dengan masalah spiritual/
keagamaan.
Keberadaan tuan
guru dalam komunitas masyarakat Lombok sangat dipengaruhi oleh ajaran yang
dibawanya, seperti Tuan Guru Edo' [1]
dengan pengajaran yang masih tradisional
Ajaran Tasawuf memiliki keistimewaan luar biasa. Dapat menyentuh mayoritas masyarakat bawah.
Semenjak da’wah yang dijalankan, banyak
perubahan yang signifikan terjadi di masyarakat, mulai cara bergaul, cara berpikir,
bahkan sekarang terlihat hasil dan
perkembangan masyarakat semakin meningkat dan lebih agamis, serta mampu
berdialog dengan para santri yang
lansung tinggal di Pondok Pesantren.
Di antara sekian
banyak tuan guru pada dekade ini, yang lebih mengedepankan pemikiran dan ajaran
tasawuf dalam da'wah Islamiyahnya adalah Tuan Guru Ridwan, seorang tokoh
kharismatik yang berdomisili di sebuah Dusun terpencil, yaitu Dusun Bermi
Karang Dalem Timur, Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa
Tengga Barat (NTB). Walaupun tempat tinggal Beliau di kampung yang masih
tertinggal, dan masih jauh dari keramaian kota, tetapi penyebaran da'wah
Islamiyah Beliau telah menyebar hampir semua pelosok dusun dan desa wilayah
selatan, dua kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah, serta beberapa wilayah
di perkotaan.
Karenanya, Jika kita cermati
sekelumit materi tulisan ini; kita akan mendapatkan satu makna sesungguhnya
dari serentetan perjalanan sekaligus perjuangan hidup dari seorang tokoh” Tuan
Guru Ridwan” Sebagai sosok seorang ulama yang mengedepankan
[1] Tuan Guru Edo adalah sebutan atau
panggilan masyarakat banyak pada waktu baru pulang haji, sedang sebelumnya di
panggil Guru Edo' / TGH Ridwanullah Attauhidy
keseimbangan dan keselarasan antara hajat hidup duniawi dan ukhrawi
bagi kepentingan ummat yang notabene tanpa pamrih.
Sesungguhnya amatlah banyak yang mesti kita kaji dari kehidupan Beliau,
namun tulisan ini hanya selayang pandang dari kehidupan Beliau, karena minimnya
narasumber, serta informan; menyebabkan kami hanya mampu menyajikan yang ada
ini dengan memilah-milah yang dipandang pantas dan dikenang.
Meski demikian,
beranjak dari yang sedikit inilah kami berharap masukan dari berbagai pihak
untuk lebih bertambahnya materi tulisan ini yang belum terungkap di masa-masa
mendatang.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi yang tak
mungkin kami sebut satu per satu baik secara langsung maupun tak langsung, tak
lupa kami juga mengharapkan masukan dan kritikan dari para pembaca yang budiman
Bermi, 1 Maret 2017
1.
SEKILAS KEHIDUPAN TUAN GURU RIDWAN
Tuan Guru Ridwan lahir di
Dasan Geres Pande pada tahun 1933 dari pasangan
Tuan Guru Tauhiduddin (Amaq Na`im) dan
Kholidah,(Inak Ahmad) Ketika Beliau dilahirkan,
kakek Beliau Tuan Guru Muhammad Sholeh bertutur“ telah lahir penggantiku “,
Saat itu, Beliau dinamakan Anwar Big oleh kakeknya dengan niat agar bisa
menjadi penerang bagi kaum muslimin, karena Beliau sering sakit-sakitan, nama Beliau
diganti menjadi Ridwan, diambil dari kitab “Manakib”.Tuan Guru sering
dibopong kakeknya mengisi pengajian di Desa Bermi , umurnya dua tahun waktu
itu, Tuan Guru Ridwan bermukim di Desa
Bermi sekitar sepuluh tahun ,pada masa kecilnya sering bermain dengan
teman-temanya salah satu teman dekatnya ialah
Misbah namanya dari Bermi Karang Dalam, saat Beliau berumur dua belas
tahun ayah Beliau pindah ke Desa Tegal pada
1945. Selama tinggal di Desa Tegal Beliau bersekolah ke Pondok Pesantren Islahudiny Kediri,
Beliau tinggal selama empat tahun di Desa Pelowok (Kediri) Beliau tinggal
bersama Tuan Guru Sahabuddin dan Tuan Guru Kholidy (Pelowok). Setelah empat
tahun tinggal di Kediri, beliau kemudian pulang pergi sekolah, Beliau berjalan
kaki, terkadang
naik cidomo, jarak perjalanan dari Tegal hingga Kediri sekitar 4
kilo meter.
Tuan
Guru Ridwan mulai pendidikannya di Ponpes al- Islahudiny Kediri pada tahun 1946
/ 1368 H. Dalam mengenyam pendidikan di al-Islahudiny Beliau adalah santri yang
tekun baik tekun muthola‟ah/mengaji maupun ibadah, setiap sampai di madrasah Beliau
selalu melakukan sholat sunat, sehingga teman-teman Beliau mengatakan“ Guru Edo
‟Sembahyang Tahyatul Madrasah “.Di masa Beliau menimba ilmu, pernah dua kali tidak naik kelas. Dengan
ketekunan Beliau, di kelas lima Beliau tetap menjadi juara kelas. Keunikan guru Edo‟ dalam
menuntut ilmu adalah apa yang didapatkan di
pengajian langsung Beliau amalkan. Saat itu, Beliau sudah menjadi pembantu guru,
karena apabila guru bersangkutan tidak hadir, Beliaulah
yang menggantikannya. Saat itu, murid-murid pertama yang pernah Beliau ajarkan
diantaranya: Tuan Guru. Badaruddin (Kediri Sedayu,) Tuan Guru Damanhuri (Kuranji) Tuan
Guru Lukman (Umbe), Tuan Guru Mukhtar (Bangket Dalem), Tuan Guru Sukron
(Kediri), Tuan Guru Safwan Hakim (kediri), Tuan Guru Mazhar (Gelogor), Tuan
Guru Murad Tamimy (Aik Ampat), Tuan Guru Sibawaih Mutawalli (Jero Waru) Lombok
Timur, masih banyak lagi murid Beliau yang
tak terdata.[1]
Tuan Guru Ridwan sangat mahir dalam bidang ilmu keagamaan sehingga
dijuluki murid-murid Beliau “kamus berjalan" Demikan ungkapan salah
satu murid Beliau. Tuan
Guru Sibawaih Mutawalli yang pernah Mengaji kitab dalam waktu sebulan menamatkan
Dua belas kitab, Sibawaih menuturkan,” Guru saya ini kamus berjalan, kitab
yang tidak pernah Belau kaji, bisa dibaca, Beliau tak kenal lelah, tidak pernah
saya lihat mengantuk, setiap saya datang mengaji”[2]
Pada 1952 Beliau sudah mulai
mengisi pengajian ke beberapa desa, di Desa Tegal Beliau berjuang dan
berdakwah penuh istiqomah para jamaah menyambut meriah pengajian terus
berkembang di dua desa, yaitu Desa Tegal dan Dasan Geres Pande, jamaah terus
bertambah hingga pengajian menyebar ke beberapa wilayah
Pada 1955 menikah dengan Siti Rabitah. Dari pasangan ini lahirlah empat anak, dua putri yaitu: Riyadah, Nurhidayah sementara yang putra ialah Kamiluddin anak
sulungnya bernama Ulumuddin. Pada 1976 -1977 istri pertama
terlerai sepulang dari Mekkah. Pada 1978-1979 Beliau menikah dengan Siti Fatimatuzzahro,
dari Desa Bermi, dari pasaangan ini
lahirlah satu purtri bernama Hurriyah, anak kedua bernama Amrullah,
ketiga bernama Hardiyatullah,[1]
Pada 1977 Beliau pergi
ke Makkah, memenuhi panggilan haji yang pertama, enam bulan berada di Makkah, di
Makkah Beliau bertemu dengan Syeikh Ismail
Yamani, oleh syeikh tersebut Beliau diijazahkan kitab “Tanwir Qulub” kemudian Beliau dijazahkan kitab “Tsabat” oleh
Tuan Guru Ibrahim al-Khalidy, kitab Tsabat tersebut juga diijazah kepada Tuan
Guru Muhibbullah Getap, dan Tuan Guru Musleh Bagek Polak.
Semangat yang tinggi
mempelajari ilmu-ilmu agama tercermin juga dari keseriusannya mengkaji berbagai
kitab. Menurut data, Beliau berguru pada ulama yang diakui keilmuannya diantaranya: Tuan
Guru Ibrahim al-Kholidy (Kediri), Tuan Guru Abdul Hafiz (Kediri),TuanGuruAbdul Karim (Kediri), Tuan Guru.Mukhtar Abdul Malik (Kediri),Tuan Guru As`ary (Kediri), Tuan
Guru Abdul Hamid (Kediri), Tuan Guru Mustafa (Kediri), dan
guru-guru lainnya yang tak terdata,[2]
Perjuangan penting yang dilakukan Tuan
Guru Ridwan adalah mendirikan Pondok
Pesantren Darussalam Bermi, pada tahun 1986/1406 H. nama madrasah ini dari Bahasa
Arab.
secara kebahasaan,“Darussalam“ berarti rumah kedamaia/ keselamatan,
nama tersebut mencerminkan suasana kejiwaan dan keadaan sosial yang damai, dan
tentram.
Pada awal berdirinya
pondok pesantren. Ada dua santri angkatan pertama, yaitu Adnan, dan Mustakim. Dua
orang ini berasal dari Jereneng Desa Batu Tulis Lombok Tengah, dua orang santri
tersebut mengaji 2 kali seminggu, yaitu hari Selasa dan Rabu seusai sholat
Subuh, sementara kitab yang yang dipelajari ialah Tajwid dan Shorof, saat itu juga
tuan guru membuka dan mengisi pengajian awalnya, di dua desa yaitu: Desa Dasan
Geres Pande, dan Desa Tegal, kemudian bertambah ke Desa Adeng, Dowe pelet, dan
Bermi Karang Dalam, Selang beberapa bulan sudah mulai ada santri yang tinggal
yang sebagian besar berasal dari Lombok Tengah (Batu Tulis).
Jumlah santri yang
tinggal di Asrama saat itu ada sepuluh diantaranya: Adnan dari jereneng, Mustakim
dari Jereneng, Safri (A) dari Kubur Jaran , Sahiruddin dari Kubur Jaran, Majdi
dari Bangket Gawah, Marzuki dari Jereneng, Badri dari Bangket Gawah, Safri (B)
dari Bangket Gawah, Sabaruddin dari Jereneng, Arfah dari Bangket Gawah, ditambah
santri yang pulang pergi yang berasal dari daerah sekitar Bermi, yaitu: Muhsar Syarif dari Telage Potet, Kamaluddin dari Bermi, Majsah dari Bermi, Wildan dari Telage Potet.
Awalnya, sistem pendidikan yang
dikembangkan melalui Pondok Pesantren Darussalam
Bermi adalah sistem halaqah/duduk bersila, tanpa kelas, dan
tingkat, pondok sederhana pagar bambu,
beratapkan ilalang. Saat itu, jadwal mengaji santri bertambah, yaitu: Seusai sholat
Subuh, sholat Asar, dan isa, kitab yang dikaji Matan Jurumiyah, Sarah Dahlan,
dan Tajwid. Seiring berjalan waktu, pada 1988 peletakan batupertama gedung Madrasah Tsanawiyah Darussalam yang diresmikan Bupati Lombok Barat Drs, Ratmaji. Gedung itu
dibangun atas dasar gotong royong Desa Bermi, Desa Telage Potet, Desa Dasan
Geres Pande, dan Tegal. Saat itu, gedung yang dibangun hanya tiga lokal , dua ruang
untuk belajar yaitu kelas ( A) dan kelas ( B) dan satu ruang untuk kantor, menjadi kepala sekolah pertama ialah Pak
Saharuddin dari Desa Karang Langko, jumlah siswa-siswi yang bersekolah saat itu
bertambah menjadi enam puluh orang angkatan pertama, siswa-siswi yang angkatan
pertama hanya bersekolah satu setengah tahun. Pada 1991 berdirinya Madrasah Aliyah, kepala sekolah pertama saat itu Drs. Ahmad dari Bima, sementara jumlah siswa-siswa
33 orang. Perlu diketahui bahwa dana awal pembangun Madrasah Aliyah berasal
dari sumbangan Bupati Lombok Barat senilai satu setengah juta dan Bina Graha
Jakarta senilai sepuluh juta, yang pergi ambil dana itu ke jakarta Haji Hakim dari Desa Bermi dan Lalu Saiful.
Selain itu, dana juga berasal dari sumbangan dari sejumlah desa, berupa amplop
yang diserahkan kepada masing-masing desa sekali setahun.
Pada 1993 bendirinya Madrasah Ibtidaiyah/pendidikan
tingkat dasar. jumlah siswa angkatan
pertama 15 orang, menjadi kepala Madrasah Ibtidai`yah pertama yaitu, ibu Siti Aisah dari Gerung
Guna menyiapkan kader khusus yang benar-benar
memilki kemampuan di bidang ilmu keislaman maka pada 2007 didirikan pendidikan Ma`had Aly. Ma`had
Aly ini memilki kurikulum berbeda dengan keluaran pemerintah, karena 100%
materi agama/kajian kitab kuning.
Inilah lembaga terkokoh yang menjadi perintis
Darussalam Bermi. Dilihat dari standar materi pendidikan di Ma`had ini cukup
tinggi dan umunnya. Para alumni
dapat mengabdikan diri pada masyarakat. Karena itu Tuan Guru Ridwan sangatlah memperhatikan Ma`had ini dan menyediakan
waktu khusus untuk mengajar/mendidik,
Perkembangan berikutnya,
setelah melihat banyak alumni di tingkat madrasah. Tuan
Guru Ridwan memandang perlunya dibuka perguruan tinggi, maka pada 2008
didirikan Sekolah Tinggi ilmu Syariah Darussalam (STISDA) yang bertujuan
mencetak tenaga handal dalam bidang syariah dalam rangka mencari bibit-bibit unggul
di masa depan. Inisiatif pendirian lembaga tinggi agama dan umum tersebut untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan
memperbaiki alam pendidikan pesantren agar selaras dengan tuntutan perubahan
masyarakat modern. Dengan demikian,
Pondok Pesantren Darussalam tetap aktif
untuk menuju sistem pendidikan yang berwawasan keagamaan dan nasional[1]
2.
SEDERET KARYA- KARYA ILMIAHNYA.
Apabila
kita menengok sejarah para ulama. Kita dapat memastikan bahwa hampir semua para ulama mewariskan ilmunya
dalam bentuk kitab, dan isi kitab yang
ditulisnya memiliki kualitas berbobot dan menjadi acuan umat
sepanjang zaman, sangat mungkin mereka
terinspirasi firman Allah surat al-Alaq ayat pertama: “Sebuah anjuran untuk
membaca” anjuran ini bersifat umum tak hanya membaca tulisan berupa ayat
al-Qur`an, namun juga, berdialektika dengan alam sekitar, membaca situasi dan
kondisi yang terjadi. Membaca bisa berarti suatu perintah/kewajiban agar
manusia senantiasa membaca sepanjang hayat.
Membaca juga bermaksud, bukan hanya bermanfaat bagi diri, tetapi
menyebarkan, mengembangkan hasil bacaan menjadi informasi, ilmu pengetahuan
yang bermanfaat bagi orang lain. Membaca akan semakin berpaedah manakala
mengolah menyajikan kembali seluruh hasil bacaan menjadi bentuk tulisan,
sehingga informasi dan ilmu pengetahuan tetap terjaga dalam masa yang lama, dan bisa bermanfaat
kepada generasi berikutnya. Dalam salah satu surat al-Qur`an, ada
surat yang bernama pena (Q.S. al-Qolam:68) yang
berisikan keterangan tentang tulisan dan alat yang digunakan untuk menulis, yaitu
pena. Ayat keempat dari Q.S al-Alaq menyebutkan secara tegas bahwa Allah
mengajar manusia melalui perantara alat tulis, yaitu “Qolam”. al-Qur`an
sendiri sebagai pedoman hidup terbesar bagi manusia sepanjang masa merupakan
bukti bahwa Allah mengajarkan manusia melalui perantara pena, alat yang
menghasilkan tulisan. Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya “ ikatlah
ilmu dengan tulisan” (Riwayat Tabrani dan Hakim, keduanya menyatakan
sebagai hadist sahih dan disetujui oleh al-Buni. Dunia islam pun sudah lama
menghargai tulisan, mengingat manfaatnya
begitu
besar bagi perkembangan, peradaban manusia.
Misalnya, apa yang akan terjadi kalau tidak ada budaya baca tulis, tentunya akan sangat sulit mengetahui belajar
tentang kitab suci al-Qur`an yang berjumlah lebih dari 6000-an ayat tersebut,
dan hadist yang tak kalah besar jumlahnya mencapai ratusan ribu belum lagi
kitab-kitab kuning warisan para ulama sebagai sumber ilmu pengetahuan, semuanya
adalah karya baca tulis manusia. Tidak ada diantara kita yang tidak sepakat
bahwa kepakaran dan keilmuan seorang ulama cedikiawan, perlu
didukung/dibuktikan dengan menghasilkan karya nyata yang betul-betul bisa” dinikmati”
oleh masyarakat, diantaranya dengan melihat beberapa banyak karya tulis/buku-buku yang telah dikarang, tentunya
ummat islam sudah tak asing lagi dengan nama imam al-Ghazali, kamashuran
kitabnya yang berjudul Ihya- al-Ulummudin, Imam Bukhari dengan Saheh Bukharinya,
Imam Muslim dengan Sahih Muslim, Imam Malik dengan Muwatta, Imam Syafi`i dengan
al-Umm, dan banyak lagi ulama lainnya.
Dalam kaitan ini, Tuan
Guru Ridwan juga mewariskan banyak tulisan, Beliau senang mengarang ataupun
menuangkan gagasannya kedalam catatan-catatan, bidang sastra yang jika di
teliti dan dibedah oleh para peneliti, tentunya isi kandungan nazham itu sungguh
luar biasa, gaya bahasanya indah dan mendalam, sesungguhnya Beliau bukan hanya
sosok ulama,/ waliyullah yang memiliki sejumlah karomah tapi juga Beliau adalah
sang pujangga/ penyair abad kekinian, kitab-kitab karya Tuan Guru Ridwan meliputi
sejumlah disiplin tradisional keislaman baik menyangkut Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan
lainnya. Ada beberapa karya tulis yang dihasilkannya yaitu, Nazham
Hidayatussibyan (ilmu tajwid), Nazham halal-bihalal, Nazham Tuhfatulmurid,
Nazham Tsamaratul Janiyah, Nazham Ridwany Nazham ihtimmamurridwan, Nazham Do`a
(Tahadduts Binni`am), Nazham Khataman (Silsilah Tarekat Qodiriyah
Wannaqsabandiyah), Nazham Tahaddust Bi-ni`am Fi bayani Takhliyah Wattahliyah,
Nazham Taslik Watta`dib Muridi Darissalam, Nazham Ribath Fathul Mannan Ridho`I
ilahirrahman, Nazham Ma`had Darussalam Bayani Adabi Tholabil ilmi, Nazham
Nahjud Taisir illallahilqodir, Nazham Ghautsun Nasril`aun, Nazham Aqiq fi
Ashulittahqiq, dan lainnya.
Keseluruhan data-data karya tulis Tuan Guru
Ridwan umumnya menyangkut bidang
keilmuan dan pengembangan akhlak islam (pendidikan karakter) di tengah kehidupan masyarakat,
ini tidak hanya bermanfaat bagi generasi pada zamannya namun sekaligus sebagai
warisan bagi generasi selanjutnya, pastinya
semangat Tuan Guru Ridwan dalam menulis, menggoreskan pena untuk memberi petuah,
dan mengarang syair tetaplah pantas dikagumi, diberi acungan jempol, semagat
seperti itu yang penting kita warisi, mestinya kita hidup di masa yang sudah
sedemikian mudah tidak boleh
ketinggalan, kalaupun kita bandingkan dengan zaman dahulu masih serba terbatas zaman sekarang ini jauh lebih mudah bagi orang
untuk berkarya. Meski pasilitas serba terbatas orang dahulu, begitu bersemangat
menulis, Imam Syafi`i misalnya, menulis catatan ilmiahnya di atas pelapah
kurma, tulang unta, dan kertas zaman kuno yang tidak mudah didapat itu, sampai
suatu saat kamarnya penuh sesak dengan benda-benda berserakan tersebut sehingga
Beliau tidak dapat menjulurkan kakinya ketika tidur. Akhirnya, Beliau menghafal
semua catatan itu, dan beragam benda tersebut dikeluarkan dari kamarnya,
sungguh luar biasa daya hafal Beliau,
Syukurlah kita hidup di masa digital ini, alat
penyimpanan/ memori juga semakin canggih,
hanya saja semangat kita cendrung menurun akibat sikap hidup
yang kian serba ada, beberapa contoh lain semangat orang jaman dulu, Abu Mansur
Muhammad bin Husain- karena sangat fakirnya- menulis pelajaran dan mengulangi
bacaannya di bawah cahaya rembulan. Imam al-Bukhari tidur di atas tikarnya,
bila terlintas di benaknya sebuah masalah, Beliau bangun dari tidurnya,
mengambil korek api, dan menyalakan lampu kemudian menulis hadist lalu
memberinya tanda, ketika Beliau menaruh kepalanya untuk tidur ketika kembali di
hatinya sebuah masalah. Sekali lagi Beliau menyalakan lampu
kemudian menulis hadistnya dan memberinya tanda. hal ini Beliau lakukan
berkali-kali dalam satu malam, semangat membaca ini melahirkan kitab
monumentalnya Sahih al-Bukhari yang menjadi rujukan kedua setelah al-Qur`an
yang ditulis selama enam belas tahun. Demikianlah, gambaran kesungguhan ulama
dalam menulis.
3.
P 4. PERJUANGAN DAKWAHNY
Dakwah Tuan Guru Ridwan meliputi bidang yang sangat luas dan
menyentuh sisi yang luas, dakwah yang dikembangkan Beliau sepanjang hayatnya. Diantaranya dakwah lisan, dakwah ini sering disebut
ceramah. Bisa disebut berbicara dimuka umum. Para
rasul menyampaikan risalah kenabian kepada ummatnya melalui media ini. Demikian
pula Rasulullah saw menggunakan untuk berdakwah menyampaikan wahyu Allah swt
maupun pesan-pesan keagamaan lain dari dulu hingga kini, metode ini masih
menjadi salah satu bagian kebudayaan ummat manusia yang cukup dominan dalam
menyampaikan informasi, menjelaskan ide-ide, menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan sebagainya, bentuk dakwah ini dikenal dengan tabligh, usaha menyampaikan
ajaran islam dengan berceramah yang seseorang bertindak sebagai subyek dan
sekelompok orang sebagai obyek .
Sikap dakwah ini merupakan bentuk
paling dini dari sikap dakwah Beliau, sampai beberapa tahun kemudian masih
dalam tahap pencarian sikap dakwah yang lebih luas kosentrasi dakwahnya,
kemudian berkembang ke berbagai wilayah kecamatan, bahkan desa hingga ke
pelosok wilayah Lombok. Tuan Guru Ridwan tak hanya menyampaikan
pengajian, Beliau juga mendirikan majlis pengajian di setiap
masjid yang dikunjunginya.
Majlis taklim tersebut dibina Beliau, namun seiring perkembangan
waktu,
banyak pihak yang membantunya, terutama dikalangan santri- santrinya. Tak
terbayangkan jika kemauan masyarakat sedemikian tinggi, terkadang Beliau menghadiri
undangan tiga hingga lima kali untuk berbagai hajat jamaah, hal semacam ini
terus berlanjut sehingga menjadi bagian penting sisi kehidupan Beliau, itulah
kegiatan hari-hari panjang yang dilalui Tuan Guru Ridwan dengan ketekunan dan
keuletan. Meski melayani jamaah diluar, Madrasah Pondok Pesantren Darussalam Bermi berhasil
didirikan di kampung Bermi Babussalam, Beliau terlibat aktif mengajarkan ilmu
keislaman. Ini merupan metode dakwah secara lisan dalam bidang pendidikan. Dakwah
lisan meluas dari sisi mengikutnya, Masjid-masjid yang didatangi Beliau penuh
sesak oleh jamaah bahkan hingga meluber ke jalanan, terlebih saat perayaan hari lahir /ulang tahun (haul/hultah)
Saidissaikh Abdul Qodir al-Jilani jamaah berduyun mendatangi majlis zikir,
kegiatan ini dilakukan dari masjid ke masjid selama kurang lebih dua bulan.
Tuan Guru Ridwan berada di garda terdepan
dalam pengambangan pendidikan. Hal ini di latarbelakangi kesadaran mendalam bahwa gerakan dakwah lewat pengajian
saja sangat terasa tidak mencukupi, itu sebabnya, perlu gerakan dakwah melalui
penyelenggaraan program pendidikan, ini menunjukkan bahwa gerakan dakwah melalui lembaga pendidikan sangat efektif
dalam perubahan sosial meskipun dalam jangka agak panjang. Dengan bertebarnya
alumni-alumni Ponpes Darussalam Bermi makin ramai pula syiar pendidikannya
hingga akhirnya mereka menjadi tokoh penting didaerahnya.Ponpes Darussalam Bermi dibawah pimpinan
langsung Tuan Guru Ridwan tidak lupa mengikuti perkembangan zaman sesuai
konteks keindonesiaan, guna menyiapkan kader khusus yang benar-benar memiliki kemampuan
dibidang ilmu keislaman, maka pada 1986 didirikan lembaga pendidikan keagamaan,
yaitu Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Lembaga ini memiliki visi, adalah
terbentuknya insan mandiri yang memiliki
kecerdasan, dan keterampilan yang
dilandasi iman dan takwa sehingga mampu membentuk masyarakat islami .Dan misi
lembaga ini adalah memberikan landasan ilmu agama dan pengetahuan umum,
membentuk akhlakul karimah pada diri santriwan dan santriwati, mengadakan
kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan santriwan dan santriwati sehingga
memiliki kemampuan berinteraksi yang sembang dengan lingkungan sosial dan
agama, mencetak kader-kader generasi islam yang berimtak dan beriptek. Yayasan
Pondok Pesantren Darussalam Bermi terdiri dari 6 lembaga, yaitu, Diniyah
islamiyah(DI) Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah(MTS) Madrasah Aliyah (MA) Ma`had Ali, Sekolah Tinggi ilmu Syariah
Darussalam (STISDA). Ponpes Darussalam Beremi juga memiliki organisasi, yaitu:
Jama`atul Mua`wanah, Ikatan Keluarga Besar Alumni Darussalam (IKBAD) Koperasi
Darussalam, Poskestren Darussalam. Adapun kegiatan Extrakurikulernya antara
lain: Kajian Kitab Kuning, Tahfidzul Qur`an , Tilawatil Qur`an, Bahasa Arab dan
Inggris, Hadroh, Kaligrafi, Bela Diri, Palang
Merah Remaja (PMR) dan Pramuka. Inisiatif
pendirian lembaga agama dan umum tersebut adalah untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dan mengembangkan alam
pendidikan pesantren agar selaras dengan tuntutan perubahan masyarakat kekinian,Gambaran lembaga-lembaga pendidikan dibawah komando Tuan Guru Ridwan tersebut, terlihat
betapa kepedulian Beliau dalam pengembangan dunia pendidikan memang sangat
tinggi, itu merupakan keteladanan dalam prilaku nyata,
acuan yang mahal harganya, disinilah
letak kekuatan dakwah Beliau ditambah dengan keistiqomahan dalam menjaga dan
mengemban amanat.
Gambaran
kepedulian dan keistiqomahan Beliau tercermin dalam bait-bait syair:
دار السلام دار الســــلام دار
الســـــلام : دار الســــــــلام دار الســـــــــلام دار الســــــــلام
Ø Pengakuan
identitas. & integritas
عمــــــــر وابن وانصــــــــــــــــــــــــــــــــرن
بنــــــــــــــــــــــــــــائه : وفق لإهله
ووســــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــع رزقه
Ø
Seruan Pergerakan, tolong
menolong, dalam membangun,dan seruan kesuksesan
تربـــيـــــــــــــــــة
الأولد وطلاب : للعـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــلم
الأحــــــــــــــــــــــــــــــــياء او لإحتســــــــــاب
Ø
Seruan untuk mendidik,
bergabung menuju kesuksesan[1]
Tuan
Guru Ridwan melakukan dakwanya telah melahirkan perubahan
perubahan penting dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat, hal
ini dicatat sebagai kreasi besarnya dalam menggerakkan sejarah masyarakat yang
mana antara agama dan tradisi dapat berjalan seimbang tanpa
mempertentangkannya satu dengan lainnya,
peringatan hari-hari besar islam selalu diusahakan meriah, untuk memperdalam nuansa
keagamaan masyarkat, peringatan Isro Mi`raj, Nuzul Qur`an Maulid Nabi dan hari
besar islam lainya menjadi penting
perhatian Beliau, Selain
tradisi tahunan tersebut, masih ada tradisi-tradisi lain yang sering dihadiri Beliau
yaitu: pengajian mingguan,yaitu membaca istighosah, Dala`il
dan lainnya.
Terkait
itu, tatanan nilai adat sangat diperlukan, tradisi dipandang sebagai suatu
kebiasaan yang sudah tertanam dalam masyarakat hingga mereka menganggapnya telah
menjadi bagian pusat kehidupannya, berbagai tradisi hidup dan berkembang di
masyarakat sebagian berdasarkan nilai-nilai agama, dan sebagian lagi bersumber
dari kebiasaan setempat (kearifan lokal). Untuk itu, kemampuan
menyelekasi tatanan nilai adat sebagai unsur budaya setempat adalah pendukung keberhasilan Beliau
melakukan penedakatan dengan menganut paham Ahlussunnah wal- Jamaah.
Suatu kebiasaan itu,
dikatakan adat istiadat tentu memenuhi sejumlah persayaratan:
1) Memiliki nilai tradisional yang bersifat
tradisional.
2) Dipertahankan oleh masyarakat pemakaiannya
karena dirasakan manfaatnya.
3) Tidak bertentangan dengan sistem nilai
sudah ada (baik buruknya).
4) Tidak bertentangan dengan nilai agama.[1]
secara professional, karena itulah Beliau membuat semacam wadah,
perhimpunan yang bernama “Jama`atul Mu`awanah”, organisasi ini kemudian menjadi Pergerakan
untuk mewujudkan cita-citanya secara lebih terarah, organisasi merupakan
kendaraan untuk menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan
pengambangan, kemajuan lembaga dan masyarakat dalam bidang agama sosial dan
dakwah,
Organisasi Jammaatul
Mu`awanah merupakan pergerakan keagamaan (Ruhiyah Diniyah) dan pergerakan
kolektif (Ruhiyah Jam`iyah) dengan tujuan saling tolong sesama dalam hal sosial
kemasyarakat dan keagamaan dengan landasan ayat berikut “
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ اُمَّةٌيدعُوْنَ اِلَى الخيــرِ وَ يَـأمُرُوْنَ بِالمَعْرُوْفِ وَ ينْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَاُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن
Artinya:
Dan hendaklah ada
diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S al- Imran : 104)
Dan ayat berikut:( al-Maidah : 2)
تَعَاوَنواعَلىَ
الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلىَ الإثْم
وَالعُدْوَانِ
Artinya:
Hendaklah
saling tolong dalam hal kebajikan janganlah saling tolong dalam keburukan
Jama`atul
Mu`awanah
memiliki program mingguan, bulanan, tahunan. Program mingguan diadakannya
pengajian biasanya hari Rabu/jum`at sementara program bulanan biasanya setiap
tanggal 15 Hijriyah mengaji di pondok, dan tahunan. yaitumengkordinasikan
jadwal haul/pelaksanaan haul masing-masing masjid.
Selama ini, Organisasi Jama`atul Mu`awanah sudah memiliki 140
cabang baik Lombok Barat dan Lombok Tengah, dari tahun ke tahun jumlah cabang terus
menerus bertambah, akan melebarkan sayapnya, sejauh ini anggota Jama`tul Mu`awanah sekitar 7000
personil, setiap anggota mengeluarkan iuran tiap bulannya mulai seratus- hingga
seribu rupiah,/atau lebih, iuran itu dipergunakan untuk sosial keagamaan dan
kemasyarakatan katakanlah, jika ada orang yang meninggal dunia, keuangan itu juga untuk keperluan prioritas katakanlah
untuk pengembangan pembangunan madrasah.[1]
Pentingnya organisasi sebagai alat perjuangan telah terbukti
kesahehannya oleh lintasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang diwarnai
terutama oleh pergerakan organisasi kemasyarakatan baik di bidang politik
maupun non politik , hal ini nyata terlihat baik pada periode sebelum
kemerdekaan, peranan organisasi islam baik dalam bentuk formal maupun dalam
ikatan jamaah yang lain adalah besar sebagai alat perjuangan, organisasi islam
setidaknya memenuhi satu atau lebih peran berikut:
1) Sebagai pengikat ummat menjadi jamaah yang
lebih kuat
2) Media pengembangan dan pemasyarakatan
budaya
3) Media pendidikan dan pemberdayaan ummat/
anggotanya untuk mencapai derajat takwa
4) Alat merencanakan dan melaksanakan kegiatan dakwah
[1] H , Suparman ,Wawancara 3 Maret 2016 )
1) Media mengembangkan minat mengenai sisi
kehidupan tertentu(ekonomi misalnya) dalam rangka mengembangkan tujuan
kemasyarakan yang adil dan sejahtera[1]
Tuan Guru Ridwan juga mempelopori berdirinya semacam wadah
perjuangan yaitu’ Rubath fathul mannan “ wadah ini untuk pengembangan
ummat, dalam hal sosial keagamaan, dan kemasyarakatan, seperti majlis ilmu,
dzikir, dijelaskan dalam bait-bait syair Beliau.
معهـــد مدرسة دارالســـــــــــــــــــــــــلام
: كذا الـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــرباط مجلس علم والســـــــــــــــــــــــــــلام
Ø
Rubath Fathul Mannan Konstruk
pergerakan keagamaan
فـــــيــــنــــــبغى لنا ويا
اهــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــل الـــــــرباط : ان تــجـــتــــهــــدوا
عملا مع احـــتـــــيـــــــاط
Ø
Seruan komunitas
untuk berjuang terus menerus
وان تــــــقمـــــيـــــــوا
للجــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــهاد
الأكبر: وتطلبــــــــوا علم الـــــحديث الأثــــــــر
Ø
Seruan pergerakan, menuntut ilmu terus menerus.
والفقه والاصول
والتصــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــوف : كذ
الســـــــــــــــــــــــــــــلوك والـــــحقــــــــــــــــيـــــــقة وف
Ø
Seruan mempelajari ilmu
keagamaan[2]
Selain
Organisasi Jamatul Muawanah, juga dibentuk Organisasi Ikatan Alumni
Darussalam (IKBAD) yang bertujuan
menjalin silaturrahim di kalangan alumni, organisasi ini merupakan marwah
perjuangan Pondok Pesantren Darussalam Bermi,
yang dari tahun ke tahun alumni terus bertambah, alumni- alumni itu di rangkul
untuk ikut mengembangakan kemajuan Pondok
Pesantren Darussalam bermi,
[2] Nazham Rubath Fathul Mannan, Hal, 15
Tuan Guru Ridwan juga mengembangkan dakwah kerohanian, jalan ini
disebut dengan tarekat, dalam istilah Bahasa Indonesia, tarekat diberi padanan kata bermacam-macam:jalan,
cara, aturan/persekutuan
para penganut tasawuf (Poerwadarmin 1982:
120). Tarekat sebagai organisasi persaudaraan para salik mulai muncul pada
abad ke XII. M ia memiliki tiga unsur pokok: Mursyid, upacara ritual, dan
dzikir, dengan demikian sebutan tarekat mengandung pengertian: secara tekstual berarti suatu
jalan/ metode yang ditempuh oleh kaum sufi dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah
Dakwah seperti itu
dapat juga diistilahkan dengan dakwah “bil-ijazah”. Dalam Bahasa Arab ijazah
berarti pengakuan/ pemberian kewenangan, dalam pengertian teknis ijazah
dimaknai sebagai pemberian kewenangan oleh seorang tokoh kepada seseorang untuk
mengamalkan suatu ajaran (amaliyah/baiat) tertentu. Dikalangan pesantren
pengertian ijazah ini dikenal luas, sehingga sering muncul pengakuan dari
seseorang “ saya telah mendapatkan ijzah untuk mengamalkan ini‟ yang berupa
sejumlah wirid/ amalan yang harus diamalkannya secara rutin, ijazah tersebut
bisa untuk pendekatan diri, kesembuhan /pengobatan
suatu penyakit, Pola seperti ini memang masih sangat kuat dan berkembang di
masyarakat nusantara [1]
Tarekat, bisa dikatakan sebagai
bentuk turunan dari tasawuf itu sendiri. Jika tasawuf merupakan jalan/ upaya manusia
untuk mensucikan diri sekaligus mendekatkan diri pada Tuhan, maka tarekat
adalah tasawuf yang dalam banyak hal telah mengalami
Ajaran
tasawwuf ini tidak dapat dilaksanakan secara tahu dengan sendirinya (autodidak)
atau dengan cara mendengarkan dari orang lain, membaca buku tasawwuf dan lain sebagainya
lalu dipraktekkan setiap tingkatannya, sebab yang beredar keluar masalah
tingkat pembelajaran ini hanyalah secara kulit luar saja, dan ilmu ini tersusun
rapi tingkatan-tingkatannya oleh para silsilah yang terdahulu dan mesti ada
bimbingan secara langsung pada suatu tempat, seperti di Halqah, di Surau atau apapun itu namanya, sebab dalam
melaksanakan ajaran ini sungguh banyak permasalahan, kendala/ rintangan. Karenanya, sangat diperlukan seorang guru mursyid yang telah lebih dahulu
mengerti akan hal-hal tersebut.
Tiap kita melaksanakan aktivitas/ibadah (dzikir), selalu saja ada aral
rintangannya, ini disebabkan oleh iblis dan syetan yang kerjanya hanya untuk
menggoda dan merayu manusia dalam segala aktivitas, terlebih lagi dalam ibadah
kepada Allah swt, kerjanya senantiasa menggoda manusia akan kejahatan dan
ingkar kepada Allah swt dan para Rasu-Nya, sementara kita harus beribadah
secara ikhlas dan hanya mengharapkan keridhaan Allah swt. Nah, dalam
melaksanakan ibadah ini agar lebih dapat kategori ibadah yang lebih baik, maka
diperlukanlah seorang guru yang mursyidin dan diakui keberadaan ilmunya dalam
hal pelaksanaan ajaran thariqat yang mulia ini.
Kebutuhan seorang guru pembimbing dalam ajaran
ini merupakan hal yang wajib, karena atas petunjuk Beliau maka, kita dapat
melaksanakan ajaran ini dengan baik dan lurus serta dapat menetralisir setiap
aral rintangan yang banyak dan biasa terjadi dalam pelaksanaan ibadah tersebut.
Thariqat adalah suatu ilmu yang mengandung akan jalan yang lurus menuju yang
dimaksud, artinya inilah jalan menuju keridhaan Allah swt dan Rasul-Nya agar
dapat menuju wushul (sampai). Ajaran ini rutinitasnya adalah selalu dzikir dan
ingat kepada Allah swt melalui beberapa cara yang ditunjukkan oleh para
ahlinya, ibadah ini lebih menitik beratkan kepada atau harus rutin dilaksanakan
dan diterapkan dalam tiap denyut nafas kita, jadi bukan hanya sekedar
diperbincangkan, karena ibadah yang ditunjukkan dalam ajaran ini adalah
senantiasa harus ingat yang berkekalan dalam kondisi apapun juga selama kita
bernafas (hidup), artinya sampai dengan nafas yang penghabisan/meninggal dunia, semoga Allah swt memberikan
Khusnul Khatimah yang indah kepada kita semua. Thariqat ini jangan dianggap
satu-satunya jalan menuju keridhaan Allah swt biarpun sampai ketingkat derajat
bagimanapun juga, hal ini berlaku juga untuk ibadah dengan cara yang lain,
utamanya hanya ikhlas tanpa ada maksud tertentu kepada Allah swt dan hanya
mengharapkan keridhaan-Nya. Yang perlu kita ingat adalah iblis dan syetan
paling suka dan menitik beratkan godaannya kepada kita adalah pada dua jurusan
ibadah, yaitu ibadah shalat dan dzikir, karena dua ibadah ini yang paling besar
kemungkinannya untuk mencapaikan kita akan derajat sampai kepada Allah swt,
sehingga iblis dan syetan sunguh-sungguh menggoda dan mendekati dengan serius
apabila manusia ada yang melaksanakan ibadah ini, makanya dalam hal
melaksanakan ibadah dengan ajaran Thariqat sangat diperlukan bimbingan seorang
guru mursyid yang berpengalaman. Amalan ini didasari dengan jalan memelihara
keluar masuknya nafas, supaya hati tidak lupa kepada Allah swt, agar senantiasa
tetap akan hadirnya Allah swt pada masuk dan keluarnya nafas, dalam menarik dan
menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat serta hadir bersama Allah swt di
dalam hati sanubari, ingat kepada Allah saat keluar masuknya nafas guna
memudahkan jalan dekat kepada Allah swt dan diridhai-Nya. Kajian ini sangat
berguna untuk jalan/membuat seorang anak manusia supaya dapat mengontrol
dirinya agar jangan sampai lupa kepada Allah swt, di samping dengan ibadah
fardhu (wajib) yang dilakukan sebagai sifat penghambaan dan pengabdian terhadap
Allah swt, amalan ini jika dilakukan dengan rutin (istiqamah) dapat menjaga seorang
hamba dari sifat lalai/ lupa kepada Allah swt yang disebabkan bisikan syetan
pada jalan-jalan/ pintu masuk yang halus daripada manusia, jadi inilah upaya untuk jalan menuju
kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Suci.
Penerapan dalam kesehariannya salah satunya menjaga jika ia (salik) berjalan, mestilah selalu menundukkan kepalanya, kalau tidak dapat dikhawatirkan membuat hati bimbang dan ragu, maka dari itu kita harus memelihara hati. Terjadinya perpindahan sifat-sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah, kepada sifat -sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi penuh dengan ketaqwaan, karena itu wajiblah kita mengontrol hati, agar dalam hati kita tidak ada rasa cinta kepada makhluk selain dari Allah Swt, setiap salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah Swt dalam segala hal keadaan, baik di suasana sunyi maupun di tengah keramaian dunia. Suluk dalam hal ini terbagi dari dua bagian, yakni ; Khalwat lahir, yaitu orang yang sunyi di tengah keramaian, dan Khalwat Bathin, yaitu orang yang suluk senantiasa musyahadah kepada Allah Swt dan menyaksikan rahasia-rahasia Allah Swt, walaupun berada di tengah keramaian, dalam arti kata berkekalan dzikir (ingat) kepada Allah Swt, baik dzikir ismu zat dengan membaca Allah…Allah…Allah maupun dengan dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah, sampai yang di sebut itu terlihat di dalam dzikir yang hadir dan datang. Di luar suluk(Jalan) yang resmi, seorang salik harus memelihara hatinya dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sedapat mungkin di dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang demikian walaupun hanya sebentar dapat menjadi masaalah besar, hal ini tidak boleh terjadi dalam ajaran ibadah cara thariqat. Tawajjuh/pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah yang menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah swt terhadap nur zat ahdiyah, cahaya yang maha esa dengan tiada seumpama dengan apapun juga dan tanpa disertai dengan kata-kata, hal ini dapat dicapai seorang hamba dalam menjalani ibadah, cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo yang sempurna Pelajaran dalam ajaran ini mempunyai beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan tahap kebersihan jiwa dan hasil pengamalan dzikirnya terhadap Allah swt, dengan dibimbing seorang guru mursyid, tentunya pada pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba dengan khalik-Nya, maka semakin naik pulalah tahapan tingkatan kajiannya[1] Berdasarkan sumber-sumber yang ada, cukup jelas bahwa salah satu pola yang dikembangkan Tuan Guru Ridwan adalah dakwah jalur spiritual. Bukti terpenting hal tersebut terlihat dari inovasi keagamaan yang Belau ciptakan, yaitu: Nazham, istighosah, wirid (berisi tentang amalan tarekat) dalam nazham ada juga berisikan silsilah tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah, yaitu Nazham Arridwany lebih jelasnya, berikut silsilah tarekat Beliau. Yaitu, Tuan Guru Ridwan, menerima ijzah dari orangtua Beliau (Tuan Guru. Tauhid, kemudian kakeknya (Tuan Guru M Saleh) kemudian Tuan Guru Rasidulmuslih bin Nurjiman Sesile, Syeikh Kabirilmuktal Baghdad, Syeikh, Abdurrahman, Syekh Ahmad Itholi, Syeikh, Mahmud, Syeikh, Ahmad, Syeikh Muhammad Husain Armirony, Syeikh Muhammad Maksum, Syeikh Abdurrazzaq al-Hamawy, Syeikh, Abdurrahman al-Hasany, Syeikh Burhanuddin Azzankary, Syeikh Sayid Nuruddin Syamy, Syeikh Yahya al-Basry, Syeikh Usman Hanbaly,Syeikh Abdul Qodir al-Jilany, Syeikh Said Mahzumy, Syeikh Abi Hasan bin yusuf, Syeikh Abilfaraj Attursisy, Seikh
Penerapan dalam kesehariannya salah satunya menjaga jika ia (salik) berjalan, mestilah selalu menundukkan kepalanya, kalau tidak dapat dikhawatirkan membuat hati bimbang dan ragu, maka dari itu kita harus memelihara hati. Terjadinya perpindahan sifat-sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah, kepada sifat -sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi penuh dengan ketaqwaan, karena itu wajiblah kita mengontrol hati, agar dalam hati kita tidak ada rasa cinta kepada makhluk selain dari Allah Swt, setiap salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah Swt dalam segala hal keadaan, baik di suasana sunyi maupun di tengah keramaian dunia. Suluk dalam hal ini terbagi dari dua bagian, yakni ; Khalwat lahir, yaitu orang yang sunyi di tengah keramaian, dan Khalwat Bathin, yaitu orang yang suluk senantiasa musyahadah kepada Allah Swt dan menyaksikan rahasia-rahasia Allah Swt, walaupun berada di tengah keramaian, dalam arti kata berkekalan dzikir (ingat) kepada Allah Swt, baik dzikir ismu zat dengan membaca Allah…Allah…Allah maupun dengan dzikir napi istbat menyebut La ilahaa illallah, sampai yang di sebut itu terlihat di dalam dzikir yang hadir dan datang. Di luar suluk(Jalan) yang resmi, seorang salik harus memelihara hatinya dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya sedapat mungkin di dalam kesadarannya yang jernih, jika terjadi yang demikian walaupun hanya sebentar dapat menjadi masaalah besar, hal ini tidak boleh terjadi dalam ajaran ibadah cara thariqat. Tawajjuh/pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah yang menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah swt terhadap nur zat ahdiyah, cahaya yang maha esa dengan tiada seumpama dengan apapun juga dan tanpa disertai dengan kata-kata, hal ini dapat dicapai seorang hamba dalam menjalani ibadah, cara suluk setelah dia mengalami fana dan baqo yang sempurna Pelajaran dalam ajaran ini mempunyai beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan tahap kebersihan jiwa dan hasil pengamalan dzikirnya terhadap Allah swt, dengan dibimbing seorang guru mursyid, tentunya pada pembelajaran ini, semakin dekat seorang hamba dengan khalik-Nya, maka semakin naik pulalah tahapan tingkatan kajiannya[1] Berdasarkan sumber-sumber yang ada, cukup jelas bahwa salah satu pola yang dikembangkan Tuan Guru Ridwan adalah dakwah jalur spiritual. Bukti terpenting hal tersebut terlihat dari inovasi keagamaan yang Belau ciptakan, yaitu: Nazham, istighosah, wirid (berisi tentang amalan tarekat) dalam nazham ada juga berisikan silsilah tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah, yaitu Nazham Arridwany lebih jelasnya, berikut silsilah tarekat Beliau. Yaitu, Tuan Guru Ridwan, menerima ijzah dari orangtua Beliau (Tuan Guru. Tauhid, kemudian kakeknya (Tuan Guru M Saleh) kemudian Tuan Guru Rasidulmuslih bin Nurjiman Sesile, Syeikh Kabirilmuktal Baghdad, Syeikh, Abdurrahman, Syekh Ahmad Itholi, Syeikh, Mahmud, Syeikh, Ahmad, Syeikh Muhammad Husain Armirony, Syeikh Muhammad Maksum, Syeikh Abdurrazzaq al-Hamawy, Syeikh, Abdurrahman al-Hasany, Syeikh Burhanuddin Azzankary, Syeikh Sayid Nuruddin Syamy, Syeikh Yahya al-Basry, Syeikh Usman Hanbaly,Syeikh Abdul Qodir al-Jilany, Syeikh Said Mahzumy, Syeikh Abi Hasan bin yusuf, Syeikh Abilfaraj Attursisy, Seikh
Abil Fadli, Syeikh Syubli, Syeikh Junaidi al-Bagdady, Syeikh
Surrissuqty, Syeikh Kurkhy, Syeikh Daud Tho`I, Syeikh Habibil Ajami, Syeikh Hasan
Basri, Saidina Ali, Kramallahu wajhah, Nabi Muhammad, Jibrail Ruhul Amin, Allah
swt, (Tuhan Sekalian Alam)
Untuk menghindari
prilaku bertarekat yang salah. Maka dalam tasawwuf telah ada sistem internal
yang menjamin keberlangsungannya secara aman sesuai dengan kerangka syariah,
pintu masuknya harus melalui sitem bai`at suatu sumpah setia bagi salik di
hadapan mursyid untuk sungguh-sungguh meniti jalan menuju Allah dengan mengamal
ajaran/wirid yang diperoleh guru melalui silsilah keguruan yang berkembang
sampai Rasulullah saw. jadi lewat bai`at murid tarekat tidak akan sembarang
ikut-ikutan. Tradisi memberikan ijazah/wirid khusus terus berlanjut sampai
akhir hayat Beliau, misalnya ada yang disebut wirid latifah, wirid ini memiliki
kandungan tersendiri dan jika diamalkan biasanya akan membawa efek tertentu
bagi pengamalnya yang mewiridkan secara tulus ikhlas, wirid latifah itu
langsung dijazahkan oleh Tuan Guru Ridwan sendiri, karena beliau telah wafat,
maka wakil Beliau kini Tuan Guru, Hardiyatullah secara khusus diberi izin mengijazahkan dan membai`at calon anggota
tarekat.
Tuan Guru Ridwan mengutamakan dzikir dalam
ajaran yang Beliau peringatkan kepada para muridnya sepertinya sebuah pengetahuan
yang nampak begitu sederhana namun memilik nilai yang teramat mendalam. Betapa
tidak? karena kita tahu bahwa dengan dzikir orang meniti jalan menuju Allah
Dzikrullah merupakan suatu perbuatan yang teramat penting seperti yang diungkap
banyak kalangan ulama. Dengan dzikir manusia mencari perlindungan Allah, dengan
dzikir orang-orang arif mendekatkan diri kepada Allah. bahkan dalam bukunya Al-Minah-as-Saniyah
Sayid Abdul Wahab as-Sya`rani (Khudori
sholeh,
2000 : 82)
Karena itu, jika kita membuka buku Makhlul Hikam tulisan Ahmad Ibnu
Atthoillah (Syeikh Ahmad Ibnu Atho; terjemah al-Hikam, CV bintang pelajar:
98-99) kita akan temukan fatwanya:
“jangan
meninggalkan dzikir karena kamu belum selalu ingat kepada Allah(
pen:khusuk)diwaktu berdzikir sebab kelalaian mu terhadap Allah sewaktu kamu
tidak berdzikir( pen: meninggalkan dzikir) lebih parah daripada dzikir yang
belum selalu ingat kepada Allah”
Demikianlah, betapa banyak Rasulullah dan para sahabat serta para
ulama berbicara tentang keutamaan dzkirullah sebagai sarana utama untuk
mencapai Allah, sebagai sebuah sarana ibadah yang bernilai agung hingga
merupakan penekanan utama Tuan Guru Ridwan ketika memberikan pelajaran kepada
muridnya
5. PASKA WAFATNYA
TUAN GURU RIDWAN
TGH.M. Ridwanullah tutup usia pada hari Rabu, tanggal 4 Rajab
1436/1437 H, bertepatan dengan 22/23 April 2015 , Perjuagan Tuan Guru Ridwan
selama hidupnya seperti mentari
melintasi alam raya, semangat yang tinggi dalam berdakwah bagaikan cadas gunung, umur
Beliau hanya diperuntukkan mengabdi untuk agama, dan ummat, semangat perjuangan
Beliau hendaklah kita bercermin. Meski beliau pergi meninggalkan kita
selamanya, semangat melanjutkan
nilai-nilai perjuangan Beliau janganlah redup. Bangunlah jangan terlelap gemerlapnya dunia fana, bangunlah untuk
melanjutkan cita-cita Beliau,
Pondok Pesantren Darussalam bermi kini memiliki
tokoh muda, yaitu Tuan Guru Hardiyatullah,
sang tokoh pembaharu ummat, melanjutkan
nilai perjuangan, yaitu nilai yang dijabarkan dalam al-Qur`an, dan al-Hadist.
Nilai ini hanya dapat diaktualisasikan melalui pembelajaran, pelatihan, dan
pembiasaan yang berkesinambungan dari generasi ke generasi, oleh para santri
dan Alumni Darussalam. Pondok
Pesantren Darussalam akan mengalami kemajuan , manakala pergerakan para Santri/kader memiliki
militansi dan loyalitas tinggi, semangat, kebersamaan dalam melanjutkan
cita-cita perjuangan.
Tuan Guru Hardiyatullah
menjadi garda terdepan dalam merangkul pergerakan pondok pesantren baik dalam bidang
pendidikan maupun keorganisasian/
semua unsur Masyarakat. Organisasi adalah
satu kesatuan pergerakan perubahan ke arah perkembangan dan kemajuan Pondok
Pesantren Darussalam Bermi kedepannya. Untuk itu, perkokoh persaudaraan dan persatuan untuk kepentingan agama dan bangsaUntuk mengingatkan kita, agar tetap menjaga
nilai perjuangan, dan melanjutkan kiprah dakwah Tuan Guru Ridwan, berikut
penggalan dari beberapa bait syair yang dikarang Beliau dalam Nazham Tuhfatul Murid.
Hai
saudara dan saudari
Rajin-rajin
pada mengaji
Sering
hadir di majlis pengajian
Supaya
selamat di hari kemudian
Hasad
itu merusak kebaikan
Seperti
api membakar sayuran
Karena
itu sucikan hati
Dari
hasad atau dengki
Riyak
itu sifat dicela
Amal
ibadah karena dunia
Obatnya
ikhlas karena Allah
Niat
mengabdi kepada Allah
Ujub
itu penyakit hati
Yaitu
heran pada amal diri
Obatnya
ingat nikmat Allah
Serta
taufik hidayah Allah
Suma`ah
itu menceritakn amal
Niatnya
dipuji orang
Obatnya
hendak rahasiakan
Jangan
cerita atau sebarkan
Sifat
tersebut sangan merusak
Atau
memakan sebab ditolak
Kelakuan
itu hendak taubatkan
Istigfar
harap ampunan
Jika
kita telisik syair tersebut, tergolong jenis syair Matsnui, yang berasal dari
persi-Arab. Matsnui bentuk puisi/syair lama yang berisikan pujian, nasihat, dll. Banyaknya larik setiap bait tidak tentu,
setiap larik Matsnui terdiri atas sepuluh sampai empat belas suku kata,
biasanya Matsnui bersajak aa, bb, cc, dd,dan
seterusnya. Ini berarti rima, Matsnui dua larik sama.[1]
Sesungguhnya,
jenis syair yang dikarang Tuan Guru Ridwan beragam jenis, baik yang berbahasa Indonesia maupun
Arab, terpenting isi atau substansi tersurat/tersirat dari syair tersebut perlu
dikaji/dibedah oleh para pelajar dalam forum seminar/pengajian, agar
nilai-nilai yang terkandung dalam syair itu, menjadi acuan dalam bersikap,dan berkarakter islami.
BIODATA PENULIS
Musleh Maulana : Lahir 11 Juni I987 di Meang, Pendidikan : SDN Pangsing Sekotong Lobar : 2000; MTs Darussalam Bermi Gerung:
2004; MA Darussalam Bermi Gerung :
2006; S-1 Bahasa Inggris IKIP Mataram 2013.
Pengalaman di bidang akademik &
keorganisasian: Aktif mengajar
di MTs al-Hamidy Kebon Talo Lembar dari
tahun 2007 hingga kini : Guru di SMK Hizbunnajah NW Tempos 2015-2016, Guru TK
dan SD Tarbiyatul Ummah Karang Bedil Mataram 2011-2014 :Guru PAUD Annajihin BTN
Lingkar Asri Terong Tawah 2013-2014, Guru private tingkat SMA di Gerung dan
Narmada 2011-2012 Anggota Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia
(KAMII) 2009-2010: Anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
2012-2013:Anggota Himpunan Organisasi
HIMMAH NW Cabang Mataram 20010-2015: Anggota English Debate Club (EDC)
IKIP Mataram 2010-2013 Koordinator Group Discussion tingkat Mahasiswa 2010-2013 Penulis Buku-Buku berbahasa
Indonesia dan inggris diantaranya: (1) English Conversation Focus, diterbitkan
di Havara Press (2015) : (2) Panduan
Ringkas Shalat Jenazah diterbitkan oleh Havara Press (2016) : (3) Editor buku Nama-nama Lagu dalam Seni Bacaan al-Quran
diterbitkan oleh Havara Press (2016): buku-buku lainnya akan segera terbit . Bagi pembaca yang ingin
berkomunikasi dengan Penulis bisa meghubungi via hand phone (085338736697).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar