Kamis, 28 Desember 2017

PESANTREN ATTAUHIDIYAH NW LEMBAR


Pendidikan adalah upaya mewariskan nilai-nilai luhur pada si terdidik. Tetapi yang terjadi dengan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah formal saat ini belum mampu memawariskan nilai-nilai luhur tersebut. Rendahnya moralitas dan sikap keberagamaan siswa mencerminkan kelemahan sistem pendidikan yang dijalankannya. Di saat yang sama, ada fenomena memanarik pada pendidikan pesantren yang memperlihatkan keadaan sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren Attauhidiyah NW Lembar Labuan Tereng. 2) Menggambarkan dan menganalisis sistem pembelajaran pondok pesantren Attauhidiyah. 3) Mendeskripsikan dan menganalisis efektifitas sistem pembelajaran pondok pesantren Attauhidiyah dalam penanaman akidah dan sikap keberagamaan santri. Penelitian ini berpijak pada kerangka pemikiran bahwa pondok pesantren memiliki sistem pembelajaran yang khas yang membedakan dengan lembaga pendidikan lainnya. Ciri khas inilah yang mengantarkan pondok pesantren berhasil dalam menanamkan akidah dan sikap keberagamaan santri. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, pengamatan lapangan dan studi dokumen. Keabsahan data diperoleh dengan cara triangulasi dan kecukupan referensial. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Dalam perjalanan sejarah pondok pesantren Attauhidiyah ada dua sistem pembelajaran yang digunakan, yaitu sistem halaqoh dan sistem klasikal (madrasah). Penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren Attauhidiyah digerakan oleh dua organisasi besar, yaitu organisasi pondok pesantren Attauhidiyah untuk melayani pendidikan santri mukim dan organisasi Majlis Ta’lim dan Dakwah Attauhidiyah (MTDA) untuk menangani pendidikan santri Lombok. 2) Proses pembelajaran di Pondok Pesantren Attauhidiyah NW Lembar lebih memokuskan pada pendidikan akidah dengan melalui tiga fase; fase pengenalan, fase pemantapan dan fase penghayatan. Ada sekitar dua belas metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu metode bandongan, sorogan, hafalan, musyawarah (diskusi), bahtsul masa’il, halaqoh, demonstrasi, riyadloh, fathul kutub, sandiwara, musabaqah, dan majelis taklim. Metode tersebut dilaksanakan melalui tiga tahap; tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. 3) Sistem pembelajaran pesantren Attauhidiyah NW Lembar merupakan sistem pembelajaran yang efektif dalam penanaman akidah dan sikap keberagamaan santri. Di antara fakta yang dapat dikemukakan adalah banyak di antara santri yang hafal dan paham tentang pokok-pokok akidah terutama tentang ketauhidan yang menjadi sentral ajaran akidah. Tahap penghayatan yang merupakan fase terakhir dalam penanaman akidah juga tampak jelas pada padatnya kegiatan dzikir yang diikuti oleh santri. Pada perkembangan sikap keberagamaan santri juga dapat disaksikan pada semakin taatnya santri dalam menjalankan kewajiban-kewajiban agama terutama keantusiasan mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hiziban


OLEH KAMAD MI: MUSLEH MAULANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar